Yf1rfC4r39u8F2WJkQXT40G2S2Dzpm1YHbdZ5zyD
Bookmark

BHAKTI YOGA

                                  Yoga Dari kasih sayang TUHAN

Add caption
              BHAKTI YOGA

                    

                                           OLEH


                



                           SWAMI VIVEKANANDA










                             KATA PENGHANTAR

   Bhakti yoga merupakan suatu pendakian spiritual yang sejati, dimana disana terdapat suatu pencarian terhadap Tuhan. Rsi narada menjelaskan makna Bhakti
Sebagai “ cinta kasih yang mendalam terhadap Tuhan,” suatu keinginan untuk selalu dekat dengan Tuhan, ini merupakan suatau proses yang alami yang terjadi akibat adanya suatu perasaan terikat khususnya pada salah satu wujud Tuhan yang dipuja. Bhakti merupakan suatu sifatnya umum dalam jalan spiritual, semua jalan spiritual berhubungan dengan bhakti, namun dipandang dari sisi yang berbeda, Orang yang menempuh jalan jnana memandang bhakti sebagai alat yang dapat membantu untuk mencapai pembebasan, namun ditempatkan sebagai suatu  yang terletak dibawah jnana, Tapi pada dasarnya bhakti adalah suatu yang melengkapi serta menyempurnakan dan hendaknya dilakukan dengan suatu kesadaran hingga Bhakti itu tidak berubah menjadi suatu yang menyesatkan dan membuat suatu kefanatikan.

     Ajaran bhakti menganggap TUHAN sebagai perwujudan dari kasih sayang
Manusia dapat mencapaiNYA dengan mencintaiNYA, mereka yang mencintai TUHAN tidak memiliki keinginan ataupun kesedihan, ia tidak membenci makhluk hidup apapun, dan tidak terikat pada obyek keduniawian, kama ( keinginan keduniawian) dan trsna ( kerinduan) adalah musuh dalam bhakti.
Selama pikiran dipengaruhi oleh obyek objek duniawi maka ia tidak akan memiliki kerinduan yang mendalam kepada TUHAN.

     Dalam buku ini SWAMI Vivekananda  memaparkan tentang pengertian bhakti dan segala hal yang berkaitan dengan bhakti dalam berbagai pandangan
Mulai dari para ahli wedanta, filsafat yang berkaitan dengan ISWARA, adwaita dan lain lain. Dalam buku ini swami vivekananda  menguraikan bahwa kitab suci hendaknya dipelajari melalui seorang GURU , yang benar benar memiliki kemampauan untuk menjelaskan arti sebenarnya dan benar benar telah melakukan apa yang dijelaskan dalam kitab suci, bukan atas dasar suatu penafsiran, karena jika tidak maka apa yang tercantum dalam kitab suci itu akan menjadi suatu yang kering dan menyesatkan. Tanpa seorang guru yang memiliki suatu otoritas maka apa yang dikatakan dalam kitab suci itu adalah kata kata yang dapat membuat seseorang kehilangan jiwa yang sebenarnya. Vivekananda juga menjelaskan bagaimana menghargai reinkarnasi guru dunia, mantra OM sebagai kata yang mewakili alam semesta dan sumber kebijaksanaan, dan bagaimana memuja TUHAN dengan menggunakan media pratika, serta penjelasan tentang para bhakti atau bhakti yang tertinggi.



































































DOA :  “ IA adalah jiwa jagat raya, IA abadi, IA pemimpin; IA menyerap dalam segalanya, Ia MAHA  Mengetahui, pelindung jagat raya, pemimpin abadi, tidak ada yang mampu mengatur dunia dengan lebih baik.”



               “ IA yang pada awal penciptaan mengarahkan brahma (sebagai kesadaran universal), dan Ia yang mewariskan weda padanya—mencari pembebasan, aku berlindung pada Ia denagan cahaya benderang yang cahayanya mengubah pemahaman atman “


Shvetashvatara Upanishad, VI,17-18.









                                                       BAB 1

                                 BHAKTI- YOGA

A. DIFINISI BHAKTI

      Bhakti yoga adalah pencarian sejati, pencarian yang sebenarnya terhadap Tuhan, sebuah pencarian yang berawal, berlanjut dan berakhir dalam kasih, satu moment kerinduan yang mendalam akan kasih TUHAN akan membawa  kita pada kebebasan yang abadi. “BHATI” sperti yang dikatakan oleh Rsi narada dalam penjelasannya tentang Bhakti “ kasih mendalam terhadap TUHAN”  “ ketika manusia mencapainya, Ia akan mengasihi semua, tidak membenci siapapun ; ia terpuaskan selamanya”
“ kasih ini tidak bisa dibandingkan dengan hal duniawi lainnya , karena sepanjamh keinginan duniawi masih ada, kasih yang seperti ini tidak akan pernah muncul “ Bhakti lebih agung dari Karma, lebih agung dari YOGA karena ditujukan pada obyek, sementara bhakti adalah hasilnya, alatnya dan juga tujuannya.”

      Bhakti telah menjadi tema dalam diskusi para rsi, selai penulis khusus Bhakti seperti Shandilya atau narada, para komentator vyasa- sutra yang menganut pengetahuan (jnana), juga menyebutkan sesuatu tentang kasih, bahkan para komentator ini tetap bersemangat menjelaskan banyak hal dari teks ini sehingga mereka memberikan pengetahuan yang kering tanpa makna. Sutra , pada bab khusus di bahas namun tidak akan menjadi sebuah pembahasan yang kering pula.

       Sebenarnya tidak terdapat banyak perbedaan antara pengetahuan ( jnana) dan kasih(bhakti) seperti yang orang orang bayangkan. Kita akan melihat sambil jalan, bahwa pada akhirnya mereka akan bertemu pada titik yang sama. Demikian juga dengan Raja-Yoga, ketika dilakukan sebagai alat untuk mencapai kebebasan dan buka sebagai alat penenang diri, juga mengarahkan kita pada tujuan yang sama.

       Satu manfaat dari bhakti adalah bahwa ini adalah cara termudah dan paling alami untuk mencapai TUHAN yang Agung; kerugiannya adalah bentuk bhakti yang lebih rendah seringkali menimbulkan kefanatikan yang tersembunyi, hindu, muslim, kristen yang fanatik biasanya berasal dari para pemuja dengan tingkatan rendah, keterikatan (nistha) pada obyek yang dikasihi, tanpa kasih yang sebenarnya yang muncul, juga seringkali menjadi penyebab masalah lain, Semua pikiran yang lemah dan tidak berkembang dalam semua agama hanya punya satu cara untuk mencintai pemikirannya sendiri adalah dengan membenci pemikiran orang lain, inilah penjelasan yang diberikan mengapa manusia yang sangat percaya dengan pemikirannya dan yang terikat dengan Tuhsannys menjadi orang yang sangat fanatik saat ia mengetahui pemikiran ornag lain, kasih yang seperti ini seperti insting anjing penjaga rumah yang ingin melindungi benda benda mil;ik majikannya ,
Insting anjing jauh lebih baik dari penalaran manusia, karena anjing tidak pernah salah membedakan majikan dan musuh apapun baju yang dikenakannya, dan lebih jauh lagi, orang orang fanatik kehilangan kekuatan menilai, Pertimbangan personal dalam hal ini tidak dipertanyakan apakah itu benar atau salah tetapi yang paling penting siapa yang mengatakannya. Orang yang baik, jujur dan mengasihi serta menghargsi pendapat orang lain tidak akan buru buru melakuukan perbuatan buruk ketika mereka dihadapkan dengan orang yang seagama.

       Tetap bahay ini hanya ada pada tahap Bhakti yang disebut dengan preparatori(gauni), ketika bhakti telah tinggi dan melampaui wujud yang disebut dengan yang tertinggi (para), tidak ada kekuatan lagi terhadap manifestasi fanatisme; jiwa yamg dikuasai oleh wujud bhakti yang lebih tinggi juga lebih dekat dengan kasih TUHAN sehingga menjadi alat untuk menghancurkan kebencian.bukan terserah pada kita dalam kehidupan ini, namun kita tahu bahwa ini adalah jenis harmonisasi yang paling tinggi yang terdiri dari tiga bagia pengetahuan dan kasih dan yoga secara harmonis menyatu, Tiga hal yang harus dimiliki oleh seekor burung agar bisa terbang dua sayap dan satu ekor yang berfungsi sebagai baling baling, jnana (pengetahuan) adalah satu sayap, Bhakti (kasih) adalah sayap yang lain dan yoga adalah ekor yang menjaga keseimbangan. Bagi mereka yang tidak bisa mengejar ketiga bentuk pemujaan ini, maka bhakti sendiri adalah jalannya, sangatlah penting untuk mengingat bahwa bentuk itu dasn seremonilanya walaupun penting untuk kemajuan jiwa, tidak memiliki nilai lain selain membawa kita pada keberadaan dimana kita akan merasakan kasih yang mendalam terhadap TUHAN.

       Terdapat sedikit perbedaan antara para guru jnana yoga dengan para GURU Bhakti yoga, walaupun keduannya mengakui kekuatan Bhakti. Pera jnani mengatakan bahwa Bhakti adalah alat untuk mencapai pembebasan, para Bhakti melihat bhakti Bhakti sebagai alat sebagai alat dan juga sesuatu yang ingin dicapai, bagi saya inilah pembedaan tanpa perbedaan, bahkan, bhakti ketika digunakan sebagai alat, benar-benar berarti wujud pemujaan yang lebih rendah dan wujud dan wujud yang lebih tinggi yang terpisah dari bentuk kesadaran yang lebih rendah pada tahap berikutnya, Masing –masing nampaknya menitik beratkan pada cara pemujaan yang aneh, melupakan bahwa pengetahuan kasih sempurna yang sebenarnya akan datang, dan bahwa bentuk pengetahuan yang sempurna dari kasih yang sejati tak terpisahkan.

       Dengan melihat hal ini selalu, mari kita berusaha memahami apa yangdikatakan oleh para komentator vedanta. Dalam menjelaskan sutra avritirasakridupadesha, Bhagawan Shankara mengatakan “ orang orang itu mengatakan, Ia adalah raja yang penuh pengabdian, Ia sangat berbhakti pada gurunya ; mereka menggunakan kata ini bagi mereka yang mengikuti perintah guru, dan melakukan untuk mencapai tujuan. Sama halnya mereka mengatakan “ istri yang baik, berbakti pada suaminya dalam hal ini juga disiratkan makna terus mengingat” ini adalah pengertian ( bhakti) menurut shankara.

       “Meditasi adalah mengingat secara terus menerus (yang kita meditasikan), mengalir seprti aliran minyak yang dituangkan dari satu bejana ke bejana lainnya “ ketika ingatan yang seperti ini telah dicapai( sehubungan dengan tuhan) semua ikatan sirna, inilah yang dikatakan kitab suci sehubungan dengan mengingat sebagai alat untuk mencapai pembebasan. Pengingatan ini sama dengan wujud melihat, karena memiliki makna yang sama , seperti yang dikatakan kitab suci, “ Ketika Ia yang jauh dan yang dekat terlihat,ikatan hati akan sirna, semua keraguan akan menghilang, dan semua akibat pekerjaan akan menghilang juga ,” Ia yang dekat bisa terlihat tapi yang jauh hanya bisa diingat, seperti yang dikatakan oleh kitab suci bahwa kita harus melihat Ia yang dekat demikian juga dengan ia yang jauh, oleh karena itu hal ini berarti bahwa jenis mengingat sama baiknya dengan melihat. Ingatan ini ketika diuraikan akan memiliki wujud yang sama dengan melihat.......pemujaan adalah pengingatan tiada henti seperti terlihat dalam kitab suci, Mengetahui itu sama dengan pemujaan yang dilakukasn berulang ulang, digambarkan sebagai pengingatan yang terus menerus....sehingga memori, yang telah mencapaiketinggian yang sama baiknya dengan persepsi, disebutkan dalam shruti sebagai alat untuk mencapai  pembebasan

‘ATMAN” ini bukanlah sesuatu yang dicapai melalui berbagai ilmu pengetahuan, atau kecerdasan dan juga tidak denganbanyak mempelajari weda, siapapun yang diinginkan oleh atman , melaluinyalah atman bisa dicapai,” Yang paling diksihilah yang diinginkan ; oleh siapa atman ini sangat dikasihi, Ia menjadi kesayangan atman, sehingga orang yang dikasihi ini akan mencapai atman, TUHAN sendiri akan membantu, seperti apa yang dikatakan oleh TUHAN ; “mereka yang selalu terikat padaku dan memujaku dengan penuh kasih aku akan menunjukkan arah dengan yang mana mereka akan datang kepadaku’”

       Oleh karena itu dikatakan bahwa, pada siapa ingatan ditujukan merupakan bentuk yang sama dengan persepsi(melihat)langsung, maka ia akan sangat dekat, sangat dekat dengan obyek persepsinya, ia diinginkan oleh atman yang tertinggi, melaluinyalah atman yang Tertinggi dicapai, mengingat secara terus menerus diwujudkan atau diuraikan dengan kata Bhakti” demikian yang dikatakaan oleh Bhagawan Ramanuja dalam komentarnya pada kitab sutra athato brahmajijnasa.

       Dalam mengomentari sutra petanjali ishwarapranidhanadva, bhoja mengatakan” Dalam memuja Tuhan Yang Tertinggi. Pranidhana adalah sejenis Bhakti dimana tidak mengharapkan hasil, misalnya kesenangan dan lain lain, semua pekerjaan ditujukan pada guru dari semua guru” BHAGAWAN Wyasa juga mengatakan hal yang sama ketika mengomentari kitab yang sama. Beliau mendifinisikan pranidhana sebagai bentuk bhakti dengan yang mana pengampunan Tuhan akan datang pada seorang yogi, dan memberkahinya dengan apapun yang diinginkan,” Namun difinisi yang paling baik adalah difinisi yang diberikan oleh raja dari semua bhakta oleh raja dari semua Bhakta yaitu prahlada ,” kasih yang tidak pernah padam yang dimiliki oleh kebodohan akan obyek obyek indera saat aku bermeditasi pada-MU semoga kasih itu tidak pernah pergi dari hatiku!”Kasih? pada siapa? Pada dewa Iswara Tuhan tertinggi Kasih pada makhluk lain, betapapun besarnya , betapapun besarnya bukanlah Bhakti ; seperti yang dikatakan Ramanuja dalam shri-Bhasya, dengan mengutip acharya pada jaman kuno, yang adalah guru yang Agung:- Dari brahma hingga segenggam rumput semua benda yang ada di bumi adalah budak kelahiran dan kematian yang disebabkan oleh karma oleh karena itu semua benda ini tidak baik apabila digunakan sebagai obyek meditasi, karena semua dalam keadaan gelap dan adalah obyek perubahan.” Dalam mengomentari kata Anurakti yang digunakan oleh Shandilya, komentar svapneshwara mengatakan bahwa kata anurakti berasal dari kata anu, setelah dan rakti, ikatan; misalnya ikatan yang ada setelah mengetahui pengetahuan akan Tuhan dan keagungan Tuhan; yang lainnya bisa ikatan yang buta terhadap siapapun misalnya pada istri atau anak, juga adalah Bhakti, kita dengan gamblang bisa melihat bahwa bhakti adalh sekumpulan atau suksesi usaha mental pada pembebasan relijius yang dimulai dengan pemujaan biasa dan berakhir dengan intensitas kasih yang amat besar pada Dewa Iswara(TUHAN).


8. FILSAFAT  ISWARA

     Siapakah dewa Iswara itu? Janmadyasya yatah-“ Darimana kelahiran, keberlanjutan dan penghancuran jagat raya ini berawal,” Ia adalah Dewa Iswara Yang Abadi, murni, selalu bebas, Maha kuasa, Maha tahu, Maha pengampun, Guru dari semua Guru,” dan diatas segalanya, Sa Ishwara anirvachaniya-premasvarupah” Ia adalah Tuhan,  dalam sifatnya, Kasih yang tak terungkapkan” ini tentu saja difinisi TUHAN yang personal, apakah Tuhan ada dua,” bukan yang ini dan bukan yang itu,” Sat-chit-ananda, keberadaab-pengetahuan-Berkah dari filsuf, dan inikah Dewa Kasih, yang impersonal dan personal dalam satu wujud. Harus selalu dipahami Bahwa TUHAN personal yang dipuja oleh Bhakta bukanlah sesuatu yang berbeda dari Brahman, semuanya adlah brahman, yang satu tanpa yang kedua; hanya brahman, sebagai penyatu atau yang Mutlak. Terlalu banyak abstraksi yang harus dipuja dari dikasihi; sehinggga seorang bhakta  memilih salah satu dari aspek Brahman , yaitu Dewa Iswara, pemimpin yang tertinggi, apabila diperumpamakan maka brahman adalah tanah liat atau substansi dari yang mana berbagai patung atau benda lain dibuat. Sebagai tanah liat, semuanya adalah satu tetapi wujud atau manisfestasinya membedakannya , sebelum patung patung ini dibuat, semuanya adalah tanah liat dan tentu saja mereka adalah substansi yang sama, tetapi ketika dibentuk, dan apabila bentuk ini tetap bertahan, mereka berbeda dan terpisah, tikus dari tanah liat tidak akan menjadi gajah dari tanah liat karena sebagai manisfestasi wijud membuat mereka menjadi apapun wujud itu, walaupun sebagai tanah liat yang belum terbentuk semuanya adalah sama, Dewa Iswara adlah manisfestasi yang teringgi dari kenyataan yang Mutlak , atau dengan kata lain, pembacaan yang tertinggi, yang paling memungkinkan yang dilakukan manusia terhadap yang mutlak oleh pikiran manusia, penciptaan itu adalah abadi dan demikian juga dengan DEWA ISWARA.

       Dalam “pada” yang keempat yang terdapat dalam bab sutranya. Setelah menyatakan bahwa kekuatan yang infinitif serta pengetahuan yang infinitif akan datang pada jiwa yang terbebaskan setelah pencapaian MOKSHA, Vyasa menyebutkan hal ini, Ia juga mengatakan tidak seorangpun yang memiliki kekuatan untuk menciptakan , memelihara dan kemudian melebur kembali, karena semua ini hanya milik Tuhan saja. Dalam mejelaskan sutra ini sangat mudah bagi para komentator sutra ini mengatakan bahwa jiwa subordinat yang disebut jiva tidak mungkin akan mendapatkan kekuatan infinit dan juga pembebasan total dari Tuhan, seorang komentator dengan aliran dualistis, Madhvacharya membahas tentang hal ini dalam ringkasannya dengan mengutif sebuah sloka yang berasal dari varda purana.
       Dalam menjelaskan aphorisme ini komentator Ramanuja mengatakan,” Keraguan ini akan meningkat,apakah itu tentang kekuatan jiwa yang terbebaskan termasuk itu didalamnya kekuatan Tuhan ?” Apakah tanpa semua itu, kejayaan jiwa yang terbebaskan hanya berisikan persepsi langsung dari Tuhan yang tertinggi. Kita mendapat argument seperti ini. Sangat masuk akal apabila dikatakan bahwa jiwa yang terbebaskan menguasai jagat-raya, karena kitab suci mengatakan “ Ia yang mencapai kesamaan dengan Tuhan akan dikabulkan semua keinginannya ,” dan kesamaan itu serta realisasidari semua keinginan tidak bisa dicapai tanpa kekuatan unik dari Tuhan, yaitu menguasai jagat-raya ini, Oleh karena itu, untuk mencapai realisasi dari semua keinginan dan kesamaan dengan Tuhan, kita semua harus mengakui bahwa jiwa yang terbebaskan akan memiliki kekuatan untuk menguasi dunia dan jagat-raya ini. Pada argument ini kita akan berkomentar, bahwa jiwa yang terbebaskan mendapatkan semua kekuatan terkecuali mengatur jagat-raya, mengatur jagat-raya berarti mengatur segala bentuk dan makhluk hidup dijagat raya ini, jiwa yang terbebaskan yang menyingkap selubung dirinya, hanya akan menikmati persepsi Brahman, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk mengatur jagat-raya ini, ini dibuktikan dari teks yang didapat dari kitab suci, dari siapa semua ini lahir, melalui siapa semua ini hidup, pada siapa semua ini akan pergi dan kembali itulah brahman, jika kuwalitas mengatur jagat-raya juga menjadi hak bagi jiwa yang terbebaskan, maka teks ini tidak akan memberikan difiniusi tentang brahman yang adalah penguasa jagat-raya, Atribut yang tidak umum inilah yang membuat para Rsi mendifinisikan Brahman seperti itu, sehingga dalam teks-teks akan disebutkan kata kata seperti,” Putraku apda awl mulanya hanya ada yang satu tidak ada yang kedua juga disebutkan, “ Aku akan terlahir menjadi banyak,” Brahman sendiri memang ada pada awal jagat-raya ini terbentuk. Brahman berevolusi, Berwujud menjadi Kshatra, semua dewa adalah kshatra ; varuna, soma, Rudra, Parjanya, yama, mrityu, ishana,’Atman sendiri  ada pada awal,” tidak ada yang lainnya yang bergetar, Ia memerintah dunia ini dan juga dunia lainnya, hanya ada Narayana pada awalnya , tidak ada Brahma, atau Ishana atau Dyaya-Prithivi atau bintang bintang, atau air, api, soma atau matahari. Ia tidak bersenang senang. Ia sendiripun bermeditasi dan lahirlah seorang puteri, sepuluh organ dll. Dalam kitab lain di sebutkan” IA yang hidup di bumi namun terpisah dengan bumi, Ia hidup dalam Atman dll. Shruti menyebutkan katakanlah bahwa Tuhan adalah subyek kerja pengatur jagat-raya ini...dalam penggambaran ini juga tidak disebutkan posisi jiwa yang terbebaskan, dimana jiwa memiliki kekuatan untuk mengatur jagat-raya seperti yang disebutkan,”

       Dalam menjelaskan sutra berikutnya, Ramanuja mengatakan,” Jika engkau mengatakan tidak demikian adanya, terdapat teks langsung dlam weda yang menjadi bukti perbedaan ini, teks ini mengacu pada keagungan dari jiwa yang terbebaskan sebagai dewa dewa subordinat( yang lebih rendah),” Ini juga adalah solusi yang mudah atas kesulitan yang ada . walaupun sistem yang dibuat oleh Ramanuja mengakui penyatuan total, dalam totalitas itu, menurutnya juga terdapat perbedaan, oleh karena itu, untuk tujuan yang praktis sistem ini juga bersifat dualistis, Sangat mudah bagi ramanuja untuk membedakan antara jiwa personal dengan Tuhan yang personal dengan sangat jelas.

       Sekarang kita harus memahami apa yang dikatakan kelompok advaita mengenai hal ini. Kita harus melihat bagaimana sistem advaita menjaga dualistis ini, dan saat yang bersamaan memberikan solusi lain sehubungan dengan takdir manusia, Mereka yang ingin menjaga pikiran mereka bahkan setelah jiwa mereka mengalami pembebasan dan agar tetap berbeda dengan Brahman dan tetap menikamati berkah dengan memiliki sifat-sifat Brahman. Inilah yang di sebutkan dalam Bhagawan purana:”Wahai sang raja”Wahai Raja, begitu agungnya sifat Tuhan sehingga para Rsi yang tenggelam dalam sang diri, Merekapun tenggelam dalam Ia yang ada dimana mana dengan penuh kasih demi sebuah kasih-NYA.” Inilah yang disebutkan oleh para Sankya sebagai penyatuan dalam siklus sehingga setelah mencapai kesempurnaan, Mereka akan datang kembali sebagai para dewa-dewa berikutnya dalam sistem jagat-raya. Tetapi tidak ada dari jiwa-jiwa itu yang sama dengan Iswara. Bagi mereka yang mencapai keadaan ini dimana tidak ada penciptaan, atau diciptakan atau diketahui, dimana tidak ada aku, atau kamu atau dia, dimana juga tidak ada subyek, obyek atau hubungan,”disana,yang dilihat oleh siapa?”---“orang yang seperti ini telah melalui semuanya, dimana kata kata tidak bisa keluar demikian juga dengan pikiran,” pergi ketempat yang disebut shruti sebagai,”Bukan yang ini dan juga bukan yang itu”.Dan bagi mereka yang tidak bisa mencapai keberadaan ini akan terdapat visi dari brahman yang sama sebagai alam, Jiwa dan penjaga jagat-raya Dewa Iswara< Jadi ketika prahlada melupakan dirinya, Ia tidak menemukan jagat-raya atau penyebabnya; semuanya adalah Infinitif, tidak dibedakan dengan nama atau bentuk; tetapi saat Ia ingat bahwa Ia adlah Prahlada, jagat-raya ada dihadapannya dan disertai dengan Penguasa jagat-raya” repositori dari sejumblah kualitas yang diberkahi,” Demikianlah yang terjadi dengan berkah para gopi, Sepanjang mereka tidak sadar dengan identitas personal mereka dan keindividualan mereka, mereka semua adalah Krisna, dan ketika mereka memulai memikirkan-NYA sebagai yang Ia puja, Maka merekapun menjadi Gopi lagi, dan terjadi secara tiba-tiba dan begitu saja, Bhagawata mengatakan,”Pada mereka datanglah Krisna dengan senyuman pada Wajah teratainya, memakai busana kuning, jubah dan memakai kalungan bunga, perlambang penguasa dari dewa-dewa yang penuh kasih.”

       Sekarang kita kembali pada acharya Shankara;”mereka yang memuja sifat-sifat Brahman mencapai konjungsi dan penyatuan dengan penguasa jagat-raya, menjaga pikiran mereka apakah keagungan mereka terbatas atau tak terbatas, karena kitab suci mengatakan “ Mereka mencapai kerajaan mereka sendiri”,Baginya semua Dewa dipuja’, Keinginan mereka dipenuhi disemua dunia,” sebagai jawaban dari argumen ini vyasa menulis, kekuatan lain seperti Anima dll diperoleh oleh mereka yang terbebaskan. Sedangakan pengaturan jagat-raya hanyalah milik Dewa Iswara yang Maha Sempurna mengapa demikian? Karena Ia adalah subyek Dari semua teks suci yang berhubungan dengan penciptaan dan jiwa yang terbebaskan tidak disebutkan ada ada disana sehubungan dengan hal ini. Tuhan memang berkaitan dengan pengaturan jagat-raya, Teks-teks suci yang berhubungan dengan penciptaan semua mengacu pada-NYA. Selain itu juga terdapat penggunaan kata’ selaluy sempurna”. Juga kitabh suci menyebutkan kekuatan anima dll yang berasal dari hasil pemujaan, oleh karena itu jiwa yang terbebaskan(moksa) tidak memiliki tempat sebagai penguasa jagat-raya. Dan lagi jiwa tidak pernah sama, kadang memiliki kekuatan penciptaan sedangkan disisi lain memiliki sisi penghancuran. Satu satunya cara untuk bisa menghindari konflik atau pertentangan ini adalah untuk mengarahkan keinginan pada satu keinginan saja, oleh karena itu kesimpulannya adalah bahwa keinginan dari jiwa yang terbebaskan bebas dari keinginan dari penguasa jagat-raya.”

       Kemudian, bhakti bisa dirahkan pada Brahman, hanya pada aspek personalnya saja. “Caranya adalah lebih sulit bagi mereka yang pikirannya terikat pada yang Mutlak!” bhakti harus mengambang dengan Aliran sifat Kita. Memanglah benar bahwa kita tidak akan tahu tentang Brahman yang anthropomorfic, tetapi apakah benar semua yang kita ketahui? Ahli psikologius yang apaling agung didunia ini adalah Bhagawan Kapila, yang menunjukan ribuan tahun silam bahwa kesadaran manusia adlah satu-satu unsur yang membentuk semua obyek persepsi dan konsepsi kita baik secara internal maupun eksternal. Dimulai dari tubuh kita hingga kepada Dewa Iswara, Kita bisa melihat bahwa setiap obyek persepsi kita adalah wujud kesadaran yang ditambah dengan hal lain, apapun itu; dan pencampuran ini adalah secara biasa kita sebut sebagai kenyataan. Memang benar adanya bahwa semua kenyataan yang mungkin untuk pikiran diketahui. Oleh karena itu Dewa Iswara adalah sesuatu Yang tidak nyata, Namun sejatinya Dewa Iswara itu sangat nyata, sama nyatanya dengan segala halo yang nyata di jagat-rayaini; dan lagi pula kata nyata tidak lebih dari sesuatu yang kita bisa tunjukkan. Itulah konsepsi filsafat Iswara.


C.REALISAI SPIRITUAL; TUJUAN BHAKTI-YOGA


       Bagi para bhakta penjelasan ini perlu hanya untuk menguatkan keinginan saja; selai ini maka penjelasan ini tidak akan berguna, Karena ia berada di jalan yang akan mengarahkannya pada realisme realisasi. Ia dengan cepat atas ampunan Tuhan akan mencapai tempat dimana penalaran vedantic dan kekuatan penalaran itu sendiri akan ditinggaslkan. Dan kecerdasan yang telah terkotak kotak dalam kegelapan akan menerangi persepsi kita. Ia tidak lagi berargumen, namun Ia merasakan, Bukankah melihat, merasakan dan menikmati indahnya Tuhan lebih tinggi dari apapun? Bukan, Para Bhakta tidak ingin menganggap ini sebagai yang lebih tinggi dari moksa-----pembebasan, Dan bukanklah ini adalah utilitas yang tertinggi? Ada orang-orang di dunia yang yakin bahwa penggunaan dan utilitas yang akan memberikan kenyamannan hidup. Bahkan Agama, Tuhan< Keabadian, Jiwa, tidak dari hal ini yang berguna apabila tidak menghasilkan uang atau kenyamanan untuk mereka. Bagi orang-orang seperti ini, semua yang tidak memuaskan indera tidak memiliki kegunaan, Dlam setiap pikiran, utilitas semuanya diatur oleh keinginan, oleh karena itu, bagi manusia, siapapun yang tidak mengangkat diri dari kegiatan makan, minum, menghasilkan keturunan, dan meninggal, satu-satunya yang akan di dapat adalah kesenangan indera saja; dan mereka harus menunggu dan melalui kelahiran dan reinkarnasi untuk belajar untuk merasdakan perlunya memiliki sesuatu yang lebih tinggi (hubungn dengan Tuhan). Tetapai bagi mereka yang memiliki ketrikatan dengan keabadian jiwa yang memiliki nilai yang lebih tinggi, bagi siapa ketertarikan indera hanyalah sebuah permainan dan hanyalah satu utilitas dari keberadaan manusia, Dan terimakasih pada Tuhan karena masih ada orang-orang yang tidak terlalu terombang ambing dengan keduniawian.

      Bhakti –yoga seperti yang kami telah katkan dibagi menjadi dua gauni dan preparatori, para atau wujud tertinggi, kita akan menemukan pada tingktan preparatori, kita akan menemui banyak sekali bantuan untuk melanjutkan dan tentu saja bagian mitos dan bagian simbolis dari semnua agama adalah sebuah kenyataan spiritual yang amat besar bahwa dalam agama berkembang mitologi dan ritualisme yang amat subur, bentuk agama yang berusaha untuk menghilangkan semua ini adalah sesuatu yang bersifat puitis, semuanya begitu inadah dan sangat halus, semuanya memberikan pegangan yang kuat menuju Ketuhanan----wujud yang berusaha untuk menghancurkan tiang-0tiang jembatan atap spiritual, dan kebodohan dan konsepsi kebenaran yang akan berakhir dengan kekosongan.

       Bagi mereka yang agamanya seperti ini secara sadar atau tidak sadar adalah orang –orang yang materialis---akhir dan tujuan hidup mereka adalh bersenang senang, yang tentu saja bagi mereka adalah alpha dan omega kehidupanmanusia dan yang merupakan ishtapura mereka; kebersihan jalan dan pembangunan pencakar langit hanya ditujukan untuk kenyamanan material semata. Sedikit saja mereka berlatih untuk berpegang teguh pada kebenaran dan realisasi diri yang spiritual maka berton-tonlah komentar yang mereka berikan disertai dengan sentimen, Tunjukan pada kami, satu sja pemikiran spiritual yang berasal dari semua kebodohan dan fanatisme ini; dan apabila tidak bisa, jangan berkata apapun , bukalah jendela hatimu untuk menerima cahaya kebenaran dan bersujudlah seperti anak kecil dihadapan mereka yang dibicarakan oleh banyak orang---para Rsi india, Mari kita dengarkan apa yang mereka katakan.

D. PERLUINYA SEORANG GURU
                 
                 Setiap jiwa ditakdirkan untuk sempurna, dan setiap makhluk pada akhirnya akan mencapai kesempurnaan. Apapun kita sekarang adalah hasil dari perbuatan kita dan juga pikiran kita pada masa lalu, dan bagaimanapun kita dimasa depan adalah hasil dari apa yang kita pikirkan dan kita lakukan saat ini. Tetapi pembentukkan takdir kita ini, tidak menutup penerimaan bantuan dari luar diri kita, bahkan pada kebanyakan orang bantuan ini sangat diperlukan. Ketika semua ini datang, kekuatan yang lebih tinggi dan kemungkinan jiwa lebih cepat menemui kebangkitan, pertumbuhan dan manusia menjadi sempurna pada akhirnya.

                Rangsangan yang cepat ini tidak bisa diturunkan dari buku. Jiwa hanya bisa menerima rangsangan dari jiwa lain dan bukan dari yang lainnya, kami mempelajari buku sepanjang hidup kami, kami bisa saja menjadi sangat cerdas, tetapi kami kemudian merasakan bahwa kami tidak mengalami perkembangan spiritual. Tidaklah benar bahwa intelektualitas yang tinggi selalu dibarengi dengan spiritualitas yang tinggi.


     Dalam mempelajari buku kadang kita tergoda untuk berpikir bahwa kita benar benar sudah terbantu secara spiritul, tetapi apabila kita menganalisa efek mempelajari buku pada diri kita maka kita akan menemukan bahwa hanaya intelektualitas kita yang mendapatkan keuntungan dari pembelajaran ini bukan jiwa kita. Buku-buku ini hanya mengasah kecerdasan kita saja buktinya, banyak orang yang bisa berkata sangat indah tentang hal-hal yang bersifat spiritual, namun apabila diperaktekkan, kita tidak benar benar seperti apa yang kita katakan, untuk mempercepat kebangkitan jiwa, rangsangan ini harus berasal dari jiwa yang lain.    

       Orang darimana rangsangan atau impuls ini bearasal disebut dengan guru----seorang pengajar; dan orang yang belajar darinya disebut sishya----murid, Agar rangsangan ini bisa diteruskan pada orang-orang, Terlebih dulu mengirimkannya pada murid murid itu, jiwa yang akan menerimanya haruslah siap, Benih yang diberikan haruslah benih hidup, dan tanah haruslah siap ditanami; dan ketika kedua kondisi ini telah tercapai, maka sebuah pertumbuhan agama terjadi “ seorang guru haruslah memiliki kemampuan yang luar biasa dan Ia haruslah pintar. Dan apabila keduanya terpenuhi maka akan terjadi kebangkitan spiritual yang amat luar biasa, Dan buakn sebaliknya. Guru seperti ini adalah Guru yang sebenarnya dan muridnya adalah Murid yang sejati, pemuja yang sesungguhnya. Yang lainnya adalah orang yang bermain main dengan kespiritualan. Mereka memiliki sangat sedikit rasa keingintahuan akan kebangkitan, Hanya sedikit api spiritual yang menyala dalam diri mereka dan mereka hanya berdiri pada garis batas Agama. Tidak diragukan lagi bahwa kebangkitan jiwa hanya terjadi pada mereka yang benar benar haus akan agama. Merupakan sebuah Hukum yang amat misterius ketika tempat bertanam siap, benih harus ditanam, ketika jiwa menginginkan Agama, Seorang Guru harus segera mengirimkan impuls itu dan sebuah kekuatan akan membantu jiwa itu, Ketika kekuatan yang tertarik pada cahaya agama sangat kuat, saat itu pula kekuatan muncul seirng dengan waktu.

       Tetapi terdapat beberapa bahaya apabila dilakukan dengan cara ini, misalnya; bahaya pada jiwa penerima yang salah mengartikan emosi sesaat sebagai keinginan yang mendalam terhadap agama, Kita bisa mempelajarinya dalam diri kita. Sering sekali dalam kehidupan Kita, Orang yang kita sayangi meninggal, kita sanagat terpukul, seakan dunia runtuh dihadapan kita dan pada saat itulah kita menjadi orang yang sangat relijius. Setelah beberapa hari, Kita kembali seperti biasa, kita terkadang salah mengartikan rangsangaan ini sebagai sebuah pertanda akan kehausan terhadap agama, tetapi sepanjang emosi sesaat ini adalah kesalahan, maka ini akan beerlanjut, kehausan jiwa akan Agama tidak pernah muncul dan kita tidak akan bis menemukan Guru spiritual, jadi ketika kita mengeluh dalam pencarian kebenaran, kita menginginkan sesuatu yang teramat dalam, Tugas kita pertama bukanlah mengeluh tetapi bertanya pada diri apakah kehausan dalam jiwa kita ini adalah sesuatu yang nyata.

       Kemudian maslah lainnya adalah kebanyakan orang tidak siap menerima kebenaran ini, karena mereka tidak memiliki kehausan akan agama yang mereka sangat inginkan. Dan juga terdapat bahaya lain sehubungan dengan transmiter, seorang Guru,Banyak sekali mereka yang sebenarnya diliputi oleh kegelapan itu sendiri, Mengaku bahwa mereka bisa, mereka tahu segalanya dan mereka tidak berhenti disitu saja, mereka menawarkan bantuan pada orang lain sehingga orang buta akan menuntun orang buta lainnya, maka keduanya akan terjerembab kedalam lubang.

       “Orang-orang yang bodoh yang berada dalam kegelapan, mengatakan bahwa mereka sangat bijaksana memberikan pengetahuan yang salah, berkelanan dan berputar-putar bagaikan orang buta yang dituntun oleh orang buta lainnya.”---(Katha Up,!,ii 5). Dunia ini penuh dengan orang-orang seperti ini. Semua orang ingin jadi Guru, Semua pengemis ingin mendapat sedekah jutaan dolar! Seperti para pengemis yang tolol ini demikian juga dengan para Guru ini.

E. SYARAT SYARAT PEMUJA DAN GURU.

       Lalu bagaimana cara kita mengenali Guru yang baik? Matahari tidak memerlukan obor untuk dilihat, kita tidak memerlukan cahaya lilin untuk melihatnya, Ketika matahari bersinar kita mengetahui kenyaaan, dan ketika seorang Guru datang, Jiwa mengetahui kebenaran dan kebenaran itu bersinar, Kebenaran memiliki buktinya sendiri, tidak memerlukan kesaksian lainnya untuk membuktikannya, Ia bersinar, menembus hingga kedalam diri kita, dan kebenaran ini memperlihatkan seluruh jagat-raya dan berkata,”inilah kebenaran,” Guru yang kebijaksanaannya dan kebenarannya bersinar seperti cahaya matahari adalah guru yang teragung yang ada didunia, Mereka dipuja sebagai Tuhan oleh umat manusia, Tetapi kita juga bisa dibantu oleh mereka yang berada dalam tingkatan kemampuan yang lebih biasa, tetapi tidak tidak memiliki cukup intuisi untuk dapat menilai manusia darimana kita menerima pengajaran dan bimbingan; sehingga harus terdapat tes yang harus dilakukan, dengan kondisi tertentu untuk memenuhi prasyarat yang diberikan Guru, agar siap mereka ajar.

       Prasyarat ini sangat penting untuk pengajaran kemurnian, sebuah kehausan sejati akan pengetahuan dan juga pengajaran, tidak ada jiwa kotor  yang bisa menjadi relejius, murni dalam pikiran, perkataan dan perbuatan memang diperlukan agar orang menjadi relejius, Sedangkan haus akan pengetahuan, seperti hukum kuno mengatakan kita akan mendapatkan semua yang kita inginkan, tidak ada yang akan mendapatkan  sesuatu kecuali kita benar-benar
Menginginkannya. Menjalani hidup spiritual adalah sesuatau yang sulit tidak
Semudah yang kita bayangkan. Mendengarkan kata-kata suci atau membaca
bukan sebuah bukti  kehausan kita pada agama, harus terdapat perjuangan tiada henti, sebuah pertarungan terus menerus, menaklukkan sifat-sifat buruk kita, sehingga kita menemukan sifat-sifat yang baik dalam diri kita, sehingga kita menang, ini bukan masalah satu atau dua hari, Tahunan atau seumur hidup, Keberhasilan bisa saja datang lebih awal, tetapi kita harus sabar menunggu walaupun tanpa ada batasan waktu yang jelas, Murid yang berketetapan hati
dalam hal ini akan menemukan keberhasilan dan realisasi pada akhirnya.

       Sehubungan dengan guru, kita harus melihat bahwa Ia tahu jiwa dari kitab suci, semua orang membaca injil, weda dan alqur’an tetapi semuanya hanya sebatas kata, kalimat, etimologi, filologi dan agama yang kering. Guru yang terlalu banyak kata-kata dan membiarkan pikiran terhanyut oleh kata kata maka Ia akan kehilangan jiwa, inilah pengetahuan tentang jiwa dalam kitab suci.

       Jaringan yang terjadi pada kata seperti sebuah hutan, dimana pikiran manuisa kadang tersesat dan tidak menemukan jalan keluar,” jaringan kata-kata seperti hutan yang besar inilah yang menyebabkan pikiran manusia tersesat.” Berbagai metode menyambung kata, berbagai metode mengutarakan bahasa, berbagai metode menjelaskan kata hanyalah kesenangan semata, namun semuanya tidak membantu perkembangan persepsi spiritual.”

       Bagi mereka yang menggunakan teknik ini, untuk menemukan ilmu keagamaannya, hanya ingin memperlihatkan apa yang telah mereka pelajari, sehingga dunia memuji mereka sebagai cendikiawan yang hebat, Anda akan menemukan bahwa tidak ada guru yang agung yang menjelaskan tentang teks-teks dengan berbagai penjelasan tidak ada keinginan mereka untuk berpanjang lebar, tidak ada permainan kata, tetapi mereka mengajar dengan baik, sedangkan yang lainnya yang tidak memiliki bahan ajar menggunakan kata atau bahkan mereka menulis buku 3 jilid tentang apa yang harus dimakan, berapa lama mereka tidur dan yang lainnya.

       Bhagawan Ramakrisna menceritakan pada kita sebuah kisah tentang sekelompok orang yang pergi keperkebunan mangga dan mereka sangat sibuk menghitung daun-daunnya, menghitung cabang-cabangnya, serta ranting-rantingnya, memperhatikan warna daun- daun itu, membandingkan ukurannya dan mencatat semua yang mereka temukan, dan kemudian mereka berdiskusi yang tentu saja sangat menarik bagi mereka. Tetapi salah satu dari mereka yang peka, tidak memperdulikan hal lain, Ia memetik dan merasakan buah mangga itu, Bukankah Ia bijaksana? Biarkanlah tugas menghitung daun-dunan itu yang lain melakukannya. Pekerjaan seperti itu memiliki tempatnya sendiri, tetapi bukan disini dalam kehidupan spiritual, anda tidak akan menemukan orang bijaksana diantara orang-orang yang menghitung dedaunan itu. Agama, keagungan yang tertinggi manusia, tidak memerlukan penelitian seperti ini, Jika anda ingin menjadi Bhakta, tidak perlu bagi anda mengetahui apakah Krisna lahir di Mathura atau di vraja, apa yang Ia lakukan, atau kapan tepatnya Ia lahir dan kapan Ia menyebarkan ajaran Gita, anda hanya memerlukan rasa haus yang teramat dalam akan indahnya ajaran dan kasih dalam Gita. Semua yang lainnya tentang itu semua hanyalah kesenangan mereka yang terpelajar, biarkan mereka mendapatkan yang mereka inginkan katakan “ shantih shantih” pada kontroversi yang mereka buat dan mari kita makan mangganya.”

       Syarat yang kedua yang dibutuhkan lagi bagi seorang guru adalah—tanpa dosa. Pertanyaan ini sering diajukan “ Mengapa kita harus melihat karakter dan kepribadian Guru ? kita hanya memerlukan apa yang dikatakannya saja dan bukan yang lainnya,” ini tidaklah benar. Jika seorang manusia belajar dinamika, kimia atau ilmu sains lainnya, ia bisa memiliki karakter apapun, karena semua ilmu ini hanya menginginkan intelektualitas saja, tetapi dalam ilmu spiritual tidaklah mungkin ada cahaya spiritual dari awal hingga akhir dalam jiwa yang tidak murni? Agama memerlukan kemurnian jiwa untuk dieruskan pada orang lain. Ini semua memerlukan kemurnian jiwa dan Hati. Sebuah visi Tuhan, atau penerangan tidak akan pernah datang, hingga jiwa itu benar benar murni. Oleh karena itu dalam seorang guru yang pertama harus kita lihat adalah siapa dia dan kemudian apa yang dikatakannya. Ia haruslah murni, dan kemudian muncullah nilai dalam perkataannya, maka saat itulah ialah ‘transmitter’ yang sebenarnya, Apa yang Ia bisa transmisikan, kjika ia tidak memiliki kekuatan spiritual dalam dirinya? Haruslah terdapat vibrasi spiritual dalam pikiran seorang Guru, sehingga Ia meneruskannya pada orang orang yang Ia ajarkan. Fungsi seorang Guru adalah mentransmisikan sesuatu yang ada dalam dirinya, sesuatu yang nyata dan cukup kuat hingga bisa mempengaruhi seorang murid dan melanjutkan ajarannya.

       Yang ketiga sehubungan dengan motif yang menjadikannya seornag Guru. Seorang Guru tidak boleh mengajar dengan motif yang mementingkan diri sendiri----misalnya demi uang, kemasyuran, atau nama baik; pekerjaannya semata mata adalah kasih, motif egois lainnya, misalkan keinginan mendapat keuntungan atau kemasyuran, akan hancur dengan sendirinya, Tuhan adalah kasih, dan hanya Ia yang mengetahui Tuhan sebagai kasih bisa menjadi guru Ketuhanan dan Tuhan bagi Manusia.

       Ketika anda melihat Guru anda memiliki ciri-ciri seperti ini, maka anda aman, jika tidak memenuhi kriteria ini maka tidaklah aman apabila anda diajar olehnya, yang paling berbahaya adalah Ia tidak bisa membangkitkan kebaikan dalam diri anda, Ia bisa menularkan kejahatan, Bahaya ini harus dihindari agar tidak terjadi “ IA yang telah mempelajari kitab suci, tanpa dosa, tidak dikotori oleh nafsu dan yang merupakan orang yang mengetahui Brahman” adalah  Guru sejati.
       Dari apa yang telah diatakan diatas, secara alamiah kita bisa menyimpulkan bahwa kita tidak bisa diajari untuk mengasihi orang lain, menghargai orang lain, dan mengasimilasikan agama dimana saja dan dilakukan oleh siapa saja. Buku yang terdapat di Toko-toko, khotbah yang dilakukan oelh kebaikan yang terdapat dalam segala hal semua baik adanya, namun tak satupun memberikan pengaruh yang baik, terkecuali semuanya memiliki permata berharga yang didalamnya. Pada siapa orang-orang kemudian berkothbah ? pada jiwa manusia, Jiwa siapa yang bangkit. Dan cahaya yang membuat sangat indah keluar dari mekarnya teratai selalu berasal dari Guru yang baik dan Bijaksana, Ketika hati telah dibuka, maka hati siap menerima ajaran darisemuanya, Bintang bintang matahari atau Bulan atau dari segala sesuatu yang ada dijagat-raya. Tetapi hati yang tidak terbuka tidak akan mampu melihat apapun selain batu-batu atau lainnya. Seorang yang buta bisa saja pergi kemesium, tetapi Ia tidak akan mendapat apapun disana; matanya harus dibuka terlebih dahulu sehingga Ia bisa belajar dari segala sesuatu yang Ia lihat.

       Pembuka mata pemuja ini Atas Agama adalah seorang Guru, Dengan seorang Guru, Hubungan kita seperti leluhur dan keturunannya. Tanpa keyakinan, kerendahan hati, penyerahan diri dan percaya pada seorang Guru maka tidak akan ada pertumbuhan agama dalam diri kita; dan ini adalah sebuah fakta bahwa hubungan antara Guru dan yang diajar Gagal, sehingga orang ini berkembang sendiri, Sementara itu banyak sekali di berbagai negara lupa masalah hubungan ini, Guru agama hanya semata mata dosen biasa, Guru ini mengharapkan upah sedangkan muridnya berharap dirinya dipenuhi dengan apa yang ada dalam otak gurunya, Mereka berkembang sendiri pada jalannya masing masing, Dlam keadaan seperti ini spirituallitas menjadi sesuatu yang tidak diketahui kuantitasnya, Tidak ada Transmisi, Dan tidak ada yang mendapatkan Transmisi itu, Agama untuk orang-orang seperti ini menjadi sesuatu yang menyibukkan; mereka pikir mereka bisa mendapatkannya dengan uang, Jika mencapai Tuhan bisa sangat mudah semua pasti sudah Mencapai-NYA ! namun kenyataannya tidaklah demikian.

       Agama yang merupakan pengetahuan yang tertinggi tidak bisa dibeli atau tidak bisa diperoleh dari buku-buku, anda bisa berpergian kemana-mana, anda boleh mengelilingi himalaya, pegunungan alpen dan juga kaukasus. Anda boleh menyelami lautan dan menjelajahi Tibet dan gurun Gobi, anda tidak akan bisa menemukannya dimana-mana hingga hati anda siap menerimanya dan Guru anda telah Datang, Dan ketika guru tersebut Datang, layanilah Ia dengan penuh Bakti, Bukalah Hati anda, dan lihatlah Ia sebagai Tuhan yang bermanisfestasi. Mereka yang datang mencari kebenaran dengan semanagat kasih dan penyerahan diri seperti ini maka pada merekalah kebenaran akan memperlihatkan diri dalam wujudnya yang amat indah penuh dengan kebaikkan dan keindahan
F. INKARNASI  PARA GURU DAN INKARNASI  LAINNYA.


      Kpanpun namanya disebut, maka tempat itu akan menjadi suci. Berapa kali kita harus menyebut namanya dan dengan menyerahkan diri seperti apa kita harus mendekatinya sehingga spiritual Kita akan muncul! Guru-Guru seperti ini sangatlah langka di dunia ini, tetapi dunia tidak pernah terbentuk tanpa Mereka.
Mereka adalah Bunga-Bunga tercantik dalam kehidupan Manusia. –“Lautan pengampunan tanpa syarat”  _kenalilah sang Guru sebagai Aku sendiri.” Kata Sri Krisna dalam Bhagavatha. Ketika dunia tidak memilioki orang-orang seperti ini maka dunia adalah neraka dan semakin cepat menuju kehancuran.

       Lebih tinggi tingkatannya dari guru-Guru biasa aadalah sekelompok Guru suci, avatara dewa Iswara di dunia ini. Mereka bisa mentransmisikan spiritualitas dengan sebuah sentuhan, bahkan hanya dengan keinginan semata.
Karakter yang buruk dan rendah dalam sekejap menjadi Karakter yang Mulia atas perintah mereka. Mereka adalah Guru-Guru dari Para Guru, manifestasi tertinggi dari Tuhan melalui Diri Manusia, Kita tidak bisa melihat Tuhan terkecuali melalui mereka, Kita ingin memujanya dan memang benar hanya mereka yang terikat dengan Pemujaan.

       Tidak ada manusia melihat Tuhan terkecuali melalui manifestasi manusia ini. Jika kita melihat Tuhan, Kita  membuat gambar akan wujud-NYA dan percaya bahwa gambar yang kita buat sama indahnya dengan Tuhan yang sebenarnya. Ada sebuah kisah tentang seorang manusia yang bodoh yang diminta oelh seseorang membuat patung Dewa Siwa dan setelah mencoba berhari-hari dengan penuh perjuangan Ia berhasil membuat sebuah patung Monyet.  Jadi, ketika kita ingin memahami Tuhan sebagai kesempurnaan, Kita akan gagal memahaminya sebagai sesuatu yang lebih tinggi dari Kita, Selama Kita adalah Manusia. Waktunya harus tiba ketika kita harus mengangkat diri kita dari wujud manusia kita dan memahami-NYA sebagai Ia sepenuhnya dalam diri Manusia sebagai Manusia. Berkatalah, Berusahalah, anda tidak bisa memikirkan Tuhan  terkecuali dalam wujudnya sebagai Manusia. Anda bisa menghadiri ceramah Agama tentang Tuhan dan semuanya, menjadi seorang rasionlis dan membuktikan bahwa awatara Tuhan sebagai manusia tidaklah Benar, Tetapi mari Bersandar sejenak pada penalaran Kita. Apa yang ada dibalik intelektualitas ini? Tidak ada apapun kosong. Ketika anda menemukan pernyataan yang menentang adanya awatara Tuhan, Tanyakan pada mereka dan tanyakan apa yang mereka ketahui tentang Tuhan. Apa yang Ia pahami tentang”ada dimana-mana”, Maha kuasa dan Yang lainnya. Ia sama sekali tidak mengerti hal ini; Ia tidak bisa memberikan pemaknaan yang tanpa dipengaruhi oleh sifat manusianya. Orang-Orang yang ada dijalan, Pengemis-pengemis yang diam tidak berkeliaran tidak mengganggu kedamaian dunia namun para pembicara yang sombong ini menganggu dan menciptakan penderitaan. Agama adalah Realisasi dan Kita harus membedakan antara omongan dan pengalaman
Apa yang kita rasakan dalam kedalaman jiwa adalah Realisasi. Tidak ada sesuatupun yang paling masuk akal daripada penalaran sehubungan dengan hal ini.

        Dengan konstitusi ini kita terbatasi dan terikat untuk melihat Tuhan sebagai Manusia, Jika seekor kerbau ingin memuja Tuhan, mereka akan melihatnya sebagai kerbau; jika seekor ikan ingin memuja Tuhan maka Ia akan melihatnya sebagai seekor ikan dan jika seorang manusia diperintahkan memikirkan Tuhan maka Ia akan memikirkannya sebagai Manusia. Manusia, kerbau dan ikan semuanya melambangkan berbagai bejana, anggap saja begitu. Semua bejana ini akan menuju lautan Tuhan untuk diisi dengan air, masing-masing sesuai dengan bentuknya dan kapasitas bejana itu, pada Manusia, air akan memiliki bentuk sebagai manusia, pada kerbau, air memiliki bentuk kerbau, pada ikan menjadi bentuk Ikan. Pada masing-masing wadah terdapat air yang sama, mereka melihatnya sebagai manusia, dan binatang apabila mereka memiliki konsepsi akan Tuhan maka merekapun melihatnya sebagai binatang, masing-masing sesuai dengan pemikirannya masing-maasing, jadi kita tidak bisa berhenti melihat Tuhan sebagai manusia dan oleh karena itu kita memujanya sebagai manusia Tidak ada cara lain

       Dua jenis manusia yang tidak memuja Tuhan sebagai manusia Manusia tanpa AGAMA dan PARAMAHAMSA  yang telah mengangkat diri dari semua kelemahan manusia dan memasuki batasan dari sifat manusianya. Ia memuja Tuhan seperti Tuhan itu sendiri. Dalam hal ini dua hal yang bertolak belakang bertemu. Kegelapan dan pengetahuan yang bukan merupakan tindakan pemujaan. Manusia tanpa Agama tidak memuja tuhan karena kebodohannya dan jiwa Mukta ( jiwa bebas) tidak memuja Tuhan karena mereka telah menyadari Tuhan sebagaimana seharusnya, Berada diantara dua keberadaan ini, jika ada yang mengatakan pada anda bahwa Ia tidak memuja Tuhan sebagai Manusia anda harus hati-hati terhadap orang ini.

       Tuhan memahami manusia dan melakukan kebaikan bagi kemanusiaan; Ketika kebaikkan tenggelam dan kejahatan muncul, aku memanisfestasikan diriku. Untuk menegakkan kebenaran, Aku menhancurkan kejahatan, untuk menyelamatkan kebaikkan aku datang dari Yuga (jaman) ke yuga.---“Orang-Orang yang bodoh tidak mengenaliku sebagai manusia karena mereka mengetahui diri-KU yang sebenarnya,” itulah pernyataan Sri Krisna dalam Gita.”Ketika gelombang lautan yang besar datang setiap lorong-lorong dan tempat-tempat kubangan akan penuh dengan air, demikian juga apabila inkarnasi datang, ngelombang spiritualitas akan menggenangi dunia dan orang-orang akan merasakan kespiritualan dimana-mana.”
G. MANTRA: OM: KATA DAN KEBIJAKSANAAN

       Tetapi dalam hal ini kita tidak akan membahas mengenai Mahapurusha ini namun kita akan membahas Siddha-GURU (para guru yang sudah mencapai tujuan mereka; mereka seperti yang ada pada aturan harus memperoleh permata kebijaksanaan spiritual dan memberikannya pada murid-muridnya dengan kata (mantra) yang harus dipakai untuk bermeditasi. Apakah (Mantra) ini ? Seluruh jagat-raya ini semuanya memilliki nama dan wujud (nama-rupa) sebagai syarat manisfestasi. Dalam mikroskosmos manusia, tidak ada satu riak kecilpoun yang tidak bernama dan berwujud. Jika dalam hal kecil saja ini berlaku, maka akan sangat masuk akal apabila hal ini juga berlaku untuk makrokosmos yang akan mengarah pada pengetahuan makrokosmos. Nah, Wujud adlah lapisan luar dimana nama adlah intinya, Tubuh adalah Wujud dan pikiran adalah Anthakarana yang adalah namanya. Dan simbol suara secara universal berhubungan dengan Nama dalam setiap makhluk yang memiliki kemampuan berbicara, Dalam individu gelombang pikiran memanisfestasikan diri, pertama dalam kata-kata dan yang kedua dalam wujudnya yang lebih nyata.

       Dalam jagat- raya ini, brahma dsn hiranyagarbhaatau kosmis mahat terlrbih dahulu memnisfestasikan diri sebagai nama dsn kemudian sebagai wujud misalnya jagat-raya. Semua hal ini mengungkapkan jagat-raya secara utuhadlah wujud, dibelakangnya terdapat sphota, nama yang penting, ini merupakan kekuatan dengan yang mana Tuhan menciptakan dunia , sphota ini memiliki satu kata sebagai simbulnya yang memungkinkan, dan inilah  OM dan sphota yang abadi tidak terpisahkan; dan oleh karena itu aadlah yang paling suci dari semua yang suc, ibu dari semua yang suci, ibu dari semua nama dan bentuk, OM yang abadi, dari yang mana dunia dicipatakan, Tetapi bisa saja dikatakan bahwa, walaupun pikiran dan kata tidak bisa dipisahkan, namun terdapat banyak sekali simbol kata untuk pikiran yang sama, sehingga tidak perlu apabila mengatakan bahwa kata OM harus menjadi kata simbol dari yang mana jagat-raya ini akan bermanisfestasi. Atas keberatan ini kami menjawab bahwa OM adalah simbol yang paling memungkinkan yang mencakup semuanya, dan tidak ada simbol yang seperti ini, sphota adalah material dari semua kata, namun tidak ada kata yang tepat dalam wujudnya, bisa juga dikatakan bahwa apabila semua keganjilan yang membedakan satu kata dengan kata lain dihilangkan, maka yang tersisa hanayalah sphota; oleh karena itu sphota ini disebut dengan nada-brahma, suara Brahman.

       Seperti simbol kata, yang diharapkan mampu mengekspresikan sphota akan mengubahnya sehingga tidak lagi menjadi sphota, sehingga muncullah OM dan hanya OM, karena ketiga hurup (A,U,M) apabila  digabungkan akan menjadi OM, yang kemudian digeneralisasikan menjadi simbol semua suara, huruf A adalah huruf yang paling berbeda dari semua suara, sehingga Krisna di dalam gita menyatakan “Diantara huruf aku adalah A.” Dan, semua suara artikulasi dihasilkan dalam ruang dalam mulut dimulai dari pangkal lidah dan berakhir pada bibir----suara kerongkongan adalah A, dan M adalah suara bibir, dan U sebenarnya melambangkan impuls yang berputar pada lidah hingga berakhir diujung akhir dan dalam mulut. Jika diucapkan dengan benar, OM ini akan melambangkan semua fenomena produksi suara dan tidak ada kata lain yang bisa melakukannya dan oleh karena itu, adalah simbol yang paling tepat bagi sphota, yang adalah makna sesungguhnya dari OM. Dan sebagai simbol yang tidak bisa dipisahkan dari yang ditandakannya, OM dan sphota adalah satu. Dan sebagai sphota, menjadi bagian yang paling halus daari jagat-raya yang bermanisfestasi, dekat dengan Tuhan, dan ini merupakan manisfestasi pertama bagi kebijaksanaan surgawi, OM iniadalah merupakan simmbol Tuhan. Dan, sebagai,”satu-satunya,” Brahman, Akhanda-saschinanda, yang tidak bisa dipahami oleh jiwa manusia yang tidak sempurna berasal dari sudut pandang tertentu dan demikianlah pula dengan jagat-raya ini.

       Pengarahan pikiran pemuja ini dibimbing oleh unsur-unsur tatwa. Hasilnya adalah Tuhan yang sama akan bisa dilihat dalam berbagai variasi sebagai pemilik dari berbagai sifat yang baik dan jagat-raya yang sama akan muncul dalam ribuan bentuk bahkan dalam hal ini simbol OM, pikiran dan simbol suara bisa dilihat secara terpisah satu dengan yang lain, demikian juga dengan dengan hubungan mereka yang tak terpisah terhadap berbagai pandangan tentang Tuhan yang berbeda serta jagat raya ini. Masing-masing harus memiliki persepsi spiritual dari yang berbeda dari para Rsi, yang disimbolkan dan diungkapkan pandangan tertentu tentang Tuhan dan jagat-raya. Dan karena OM melambangkan Akhanda, Brahman yang tidak berbeda, yang lainnya yang melambangkan Khanda atas pandangan yang berbeda dari makhluk yang sama, semuanya berguna untuk meditasi surgawi dan untuk memperoleh pengetahuan yang sejati.

H. PEMUJAAN PERLAMBANGAN TUHAN DAN
     PATUNG-PATUNG DEWA

       Hal berikutnya yang akan kita bahas dalam buku ini  adalah pemujaan dengan media pratika atau lebih kurang pengganti TUHAN, dan pemujaan pretima atau patung-patung Dewa. Apakah pemujaan dengan media pratika 
Itu ?” Ini adalah sebuah usaha menyatukan pikiran dan bhakti pada yang bukan Brahman, Menganggapnya Brahman”.—kata bhagawan Ramanuja “Memuja pikiran sebagai brahman, ini bersifat internal : dan akasa sebagai brahman, ini
Sehubungan dengan para dewa,” kata Sankara. Pikiran adalah pratika internal, akhasa adalah yang external; keduanya harus dipuja sebagai pengganti Tuhan yang tidak bisa kita lihat. Ia juga berkata” sama halnya dengan Matahari yang adalah brahman inilah perintahnya”. IA yang memuja nama sebagai Brahman
Merasa ragu memuja brahman tuhan dalam pratika, kata pratika berarti mengarah ke dalam dan memuja sebuah pratika adalah memuja sesuatu sebagai
Pengganti Brahman. Ini sesuai dengan pratika yang disebutkan dalam shruti
Juga ditemukan yang lainnya dalam purana dan Tantra. Dlam pemujaan pratika ini bisa saja termasuk didalamnya berbagai wujud pemujaan Pitri dan pemujaan
DEWA.

       Memuja Dewa Iswara dan Ia sendiri juga adalah Bhakti; pemujaan pada yang lain----misalnya Dewa atau Pitri atau yang lain-----bukan Bhakti. Berbagai jenis pemujaan dan berbagai Dewa dimasukkan kedalam ritualitas Karma, yang memberikan pemuja kebahagiaan, tetapi tidak bisa membangkitkan Bhakti atau mengarahkan pada Mukti. Oleh karena itu, satu hal yang harus diingat Brahman ketika ditarik menjadi pemujaan pratika, Pratika itu sendiri dijadikan pemuja Atman. Tetapi dimana Brahman adalah obyek pemujaan, maka pratika berfungsi sebagai pengganti, dimana melalui pratika ini Tuhan yang ada dimana-mana ini dipuja. Pratika itu sendiri penting bagi manusia, sampai mereka melampaui tingkatan prepatori pikiran sehubungan dengan pemujaan. Oleh karena itu, dewa manapun yang dipuja, pemujaan itu hanyalah ritual Karma; sebagai widya (ilmu pengetahuan) maka hal ini akan memberikan hasil yang merupakan mulik widya tertentu.

       Tetapi ketika para dewa itu dipuja sebagai Brahman, hasilnya sama dengan memuja Dewa Iswara ini memberikan penjelasan bagaimana shruti dan Smrithi diangkat dan disamakan menjadi Brahman. Para advaita akan mengatakan,” Bukankah segalanya adalah Brahman ketika semua nama dan rupa telah sirna?”’
Bukankah Tuhan yang ada dalam diri semuanya?” kata para Vishishtadvaitin;” hasil pemujaan Aditya adalah Brahman sendiri, karena Ia adalah penguasa dunia.” Kata Shankara dalam Brahma-sutra-Bhasya: “ Dalam hal inilah Brahman menjadi obyek pemujaan, karena Ia Brahman, dilekatkan pada pratika
Seperti halnya Wisnu yang divisualisasikan lewat patungnya.”

       Pemikiran yang sama juga digunakan dlam memuja pratima, jika patung atau gambar dewa memuja dewa atau orang suci semata, pemujaan itu bukan hasil Bhakti dan tidak mengarah pada pembebasan; tetapi apabila memuja Tuhan melalui Patung itu, maka pemujaan ini akanh menghasilkan Bhakti dan
Juga Mukti. Dari semua agama di dunia yaitu Wedantin, Bhudisme dan bentuk tertentu dari agama kristen dengan bebas menggunakan perlambangan (patung-patung) atau gambar-gambar), Hanya dua agama yaitu Islam dan Protestan yang menolak perlamabnagan ini. Namun Orang-orang Islam menggunakan kuburan
Para orang sucinya sebagai pengganti perlambangan itu dan protestan telah menolak perlambangan dari tahun ketahun semakin terseret sehingga saat ini sulit bagi kita untuk mengenali protestan yang telah berkembang dan pengikut Augustus Comte atau etnik lainnya.
       Dan pemujaan yang mereka lakukan ini bisa dimasukkan dalam pemujaan katagori pratika dan pratima, bukan sebagai pembantu untuk mendapatkan visi(Dhristisaukaryam) TUHAN; oleh karena itu, ini hanya merupakan Karma ritualitas dan tidak menghasilkan Bhakti atau Mukti. Dalam wujud pemujaan dengan perlambangan ini, jiwa dipersembahkan pada yang bukan Iswara dan
Oleh karena itu kuburan, kuil itu adalah berhala; Tetapi bukan sesuatu yang berdosa jahat ini hanyalah ritual---sebuah karma dan seorang pemuja harus dan pasti akan mendapatkan hasilnya

I.                   JALAN YANG DIPILIH

       Hal berikutnya yang harus dipertimbangkan aadalah apa yang kita kenal dengan Ishta-nishta. Seseorang yang ingin menjadi seorang Bhakta harus mengetahui Bahwa “ Begitu banyak pendapat dan begitu banyak jalan,” Ia harus memahami bahwa berbagai sekte dari berbagai Agama adalah berbagai manisfestasi kejayaan dari Tuhan yang sama,” mereka menyebutMu dengan banyak nama; dalam semuanya engkau maha kuasa.....
 Engkau merengkuh pemujamu melalui semua ini, tidak ada yang lebih baik sepanjang kasih yang mendalam itu tertuju pada-MU. Engkau sangat mudah untuk didekati, tidak mungkin rasanya jika aku tidak bisa mengasihiMU.” Tidak hanya ini, seorang bhakta juga harus menjaga diri agar tidak membenci, atau mengkeritik atau bahkan membicarakan keburukan orang lain. Kita akan menemukan bahwa sekte yang liberal akan kehilangan intensitas keagamaannya dan ditangan mereka agama menjadi ssuatu kelompok sosial politik. Dilain pihak, sekte yang lebih sempit, Memiliki pemikiran mereka sendiri dan mereka memiliki kecendrungan untuk membenci mereka yang tidak memiliki pendapat yang sama dengan mereka. Tetapi hanya ada sedikit Orang seperti ini. Akan sangat bermanfaat bagi banyak orang apabila mau mempelajari kasih dan ini dilakukan dengan Ishta-nishta atau “berpegang teguh pada jalan yang dipilih’, setiap sekte dari semua agama hanya baik bagi agama mereka sendiri, tetapi agama WEDA intinya membukakan pada semua manusia sejumblah pintu menuju tempat pemujaan surgawi dan menebarkan dihadapan mereka kemanusiaan dan sejumblah pemikiran, semuanya yang adalah manisfestasi dari pemikiran tentang Tuhan. Dengan ketulusan wedanta menunjukan pada semua pria dan wanita berbagai jalan yang menghancurkan batu keras kenyataan hidup manusia, dengan Putra-Putra yang agung atau manisfestasi Tuhan sebagai manusia, dimasa lalu dan masa sekarang dengan tangan terbuka menyambut semua, bahkan yang belum ada sekalipun menuju rumah kebenaran dan lautan Kebahagiaan, dimana jiwa manusia, yang dibebaskan dari jaring maya, bisa mengalami kebebasan dan kesenangan yang abadi.

       Oleh karena itu Bhakti yoga memerintahkan untuk tidak membenci atau menolak mereka yang memilih jalan yang berbeda yang akan menunutun mereka pada pembebasan diri, Namun tanaman yang masih muda harus dipagari sehingga terlindungi sehingga bisa tumbuh menjadi pohon yang baik, Tanaman Muda spiritual akan mati, jika terlalu banyak mendapatkan perubahan ide dan juga jalan pilihan. Banyak orang, atas nama apa yang disebut dengan liberalisme agama, terlihat memenuhi keinginan mereka dengan meneruskan ide-ide yang berbeda. Menurut mereka sesuatu yang baru itu telah menjadi sebuah penyakit, sebuah ketergantungan akan hal baru. Mereka ingin mendengar hal baru dan mendapatkan kesenangan sesaat, hal sepeti ini memiliki efek pada mereka, mereka siap dengan yang lain. Agama bagi orang-orang seperti ini seperti mengkonsumsi opium. “ ada jenis orang yang lain” kata Bhagawan Ramakrisna, “ Yang seperti kerang-mutiara.” Kerang Mutiara hidup didasar laut dan munculo kepermukaan untuk mendapatkan hujan ketika bintang swaati sedang bersinar, kerang mutiara ini mengambang dipermukaan laut dengan cangkangnya yang terbuka, sampai Ia berhasil mendapatkan air hujan, dan kemudian ia akan menyelam lagi kedasar laut dan disanalah beristirahat hingga sebuah mutiara yang cantik terbentuk dari tetesan hujan itu.”

       Ini adalah sebuah teori yang paling puitis dan juga sangat gamblang yang menjelaskan teori shta-nishta. Eka nishta ini atau pengabdian pada satu jalan sangatlah penting bagi pemula dalam berlatih keagamaan. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh hanuman dalam Ramayana “ walaupun aku tahu bahwa paduka Shri dan Raja janaki adalah manisfestasi Tuhan yang Sama, namun hatiku hanya untuk Rama yang bermata teratai.” Atau yang seperti dikatakan oleh Rsi Tulasidasa, Ia mengatakan, “ Rasakanlah semua rasa manis, duduklah dengan semua orang, sebutkan sebuah nama tetapi tetaplah duduk dengan tegak ditempatmu. “ Kemudian, apabila pemuja yang berbhakti tulus, dari benih ini muncullah sebuah pohin yang besar, seperti pohon beringin india, yang cabangnya menutupi keseluruhan bidang agama. Sehingga pemuja akan menyadari Ia yang memiliki jalan pilihannya sendiri akan dipuja, dengan banyak nama dan melalui banyak wujud.

J. METODA DAN SARANA

       Sehubungan denga metode dan juga sarana yang digunakan dalam bhakti yoga, Kita akan melihat komentar bhagawan Ramanuja dalam wedanta sutra; “ Pencapaian Tuhan melalui pengendalian diri, Latihan, yadnya, kemurnian hati, kekuatan dan menekan kesenangan yang berlebihan, “ viveka atau pembedaan,
Menurut Ramanuja adalah mampu membedakan makanan yang murni dan yang tidak. Menurutnya, makanan menjadi tidak murni disebabkan oleh tiga hal;
(1) Sifat makanna itu ssendiri, misalnya bawang putih dan dll,(2) milik orang yang jahat dan tidak baik;dan (3) berasal dari ketidak murnian fisik, misalnya kotoran, atau rambut dll. Weda shruti mengatakan, “ ketika makanan itu murni unsur satwa dimurnikan, dan memori menjadi stabil,” dan Ramanuja mengutip pernyataan ini dari Chandogya upanisad.

Pertanyaan tentang makanan telah menjad pertanyaan penting dalam diri bhakta, selain makanan khusus yang dilarang oleh Bhakta sekte tertentu, pada dasarnya memang terdapat kebenaran mengenai pertanyaan tentang makanan ini, kita harus ingat, menurut filsafat Shankya, stwam, rajas dan tamas yang berada dalam keadaan yang seimbang yang berasal dari prkriti, dan yang diganggu keseimbangannya oleh jagat-raya---keduanya adalah substansi dan kualitas prakriti, karena unsur ini adalah unsur pembangun tubuh manusia dan dominasi sattwa sangat diperlukan dalam perkembangan spiritual, makanan yang kita makan turut menentukan keadaan mental kita; oleh karena itu, makanan yang kita makan harus dijaga. Tetapi dalam hal ini, seperti juga dalam hal lainnya, fanatisme yang terjadi pada murid-murid ajaran tertentu, Tidaklah selalu disebabkan oleh para gurunya.

       Dan walaupun demikian pemilihan makanan memiliki kedudukan yang kedua. Pernyataan yang sama juga dikutip oleh shankara dalam bhasa yang terdapat pada uphanisad dengan cara yang berbeda, dengan memberikan makna yang berbeda pada kata ahara, yang secara umum diterjemahkan sebagai makanan. Menurutnya, “ Semua yang dikumpulkan adalah Ahara, Pengetahuan, seperti pengetahuan tentang suara yang dikumpulkan demi kesenangan pendengarnya; pemurnian pengetahuan yang berkumpul dalam persepsi indera juga adlah pemurnian makanan (ahara), Kata “pemurnian,” makanan berarti memiliki pengetahuan yang tidak tersentuh oleh keterikatan, kebodohan, kebingungan; itulah maknanya. Oleh karena itu, Pengetahuan yang seperti ini atau ahara akan dimurnikan, dan sttwa dimurnkan pula, sebuah memori tentang Tuhan yang diketahui dalam wujudnya yang sebenarnya.”

       Kedua penjelasan ini tentu saja mendatangkan kontradiksi, keduanya benar dan perlu. Pengendalian badan halus tentu saja lebih sulit dari pada pengendalian badan kaasar kita, tetapi mampu mengendalikan badan kasar adalah awal pertanda kekuatan kita untuk mengendalikan badan halus. Pemula, oleh karena itu harus memperhatikan peraturan- peraturan yang ditetapkan oleh para Guru . Tetapi kekhususan yang diterapkan sekte tertentu
Dan fanatisme yang mereka miliki telah merambah ke dapur (makanan),
Tanpa adanya harapan untuk mendapatkan kebenaran mulia dari agama dan
Juga untuk memperoleh cahaya spiritual. Ini hanyalah semacam matrealisme murni dan sederhana. Ini bukanlah jnana, atau bhakti, ataupun karma; ini adalah sejenis kegilaan dan mereka yang mendekatkan diri pada hal seperti ini lebih mendekati rumah sakit jiwa dari pada Brahmaloka. Pemilihan makanan sangatlah penting untuk mencapai komposisi mental yang lebih tinggi, yang tentu saja tidak mudah dicapai.

       Mengendalikan nafsu adalah hal berikutnya yang harus dilakukan untuk mengekang indria (organ) untuk mencari pemuasan obyek indria, untuk dapat mengendalikan dan menuntunnya adalah titik penting dalam budaya agama. Kemudian muncullah latihan pengendalian diri dan penolakan diri. Berbagai kemungkinan bagi jiwa untuk mengalami realisasi diri tidak bisa
Diaktualisasikan tanpa perjuangan dan tanpa latihan dalam diri pemuja “
Pikiran harus selalu memikirkan Tuhan” pada awalnya sangat sulit untuk mengajari pikiran untuk selalu memikirkan Tuhan, tetapi dengan segala usaha maka kita akan semakin kuat. “ Dengan berlatih wahai putra kunti dan tanpa keterikatan semua ini akan tercapai,” kata Shri Krishna dalam gita.
Dan sedangkan untuk yadnya harus dilakukan seperti biasa.

       Kemurnian adalah tugas dasar, batu pertama yang akan menjadi awal pembangunan jalan Bhakti. Membersihkan badan dan juga memilih makanan
Keduanya sangat mudah, tetapi tanpa kebersihan pikiran dan kemurnian, kebersihana badan tidak ada gunanya sama sekali. Dalam dafatar sifat yang di sebutkan oleh Ramanuja terdapat banyak sekali diantaaranya Sattya (kebenaran); Arjawa (ketulusan);  Daya (melakukan kebaikan pada orang lain);  Ahimsa (tidak menyakiti) dengan pikiran, perkataan maupun perbuatan; Anabhidya ( tidak menguasai barang orang lain, tidak memikirkan yang buruk, tidak menyakiti orang lain). Dalam semua sifat-sifat ini yang perlu mendapatkan perhatian adalah Ahimsa , tidak menyakiti orang lain, kewajiban tidak menyakiti orang lain adlah hal mutlak bagi semua orang. Ahimsa ini tidak hanya berarti tidak menyakiti orang lain tetapi juga sayang kepada makhluk yang lebih rendah dari kita seperti kucing, anjing
Dan makhluk lainnya. Namun yang paling utama adalah tidak menyakiti sesama manusia. Sangatlah menakjubkan memang dunia ini, segala sesuatu yang baik selalu bisa menjadi sesuatu yang amat buruk. Berlatih dan juga
Mematuhi hukum bisa membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Namun pendeta-pendeta yang busuk, yang hanya membersihkan tubuh luar mereka saja yang harus dienyahkan agar tidak menulari orang lain dengan pemikiran-pemikiran busuknya. Mereka semua bukan penganut ajaran weda !.

       Cara menguji Ahimsa adlah dengan memeriksa iri hati kita. Semua manusia bisa menjadi orang baik dan melakukan perbuatan yang baik atau tetap seperti itu, atau bisa saja mereka melakukannya atas tekanan pendeta atau yang lainnya ; tetapi orang baik yang sebenarnya adlah orang yang tidak pernah iri dengan orang lain. Mereka yang konon orang-orang yang agung adalah mereka yang saling iri hati atas mulik, kemasyuran atau emas orang lain. Sepanjang rasa iri hati ini ada, makla jiwa akan semakin jauh dari kesempurnaan Ahimsa. Apakah para Yogi yang agung itu orang yang
Ahimsakas ? Siapapun bisa berhenti makan daging  sehingga mereka tidak boleh makan ini dan itu atau bahkan mereka tidak bisa dibedakan lagi dengan herbivora. Orang yang menipu janda dan anak yatim, dan melakukan
Perbuatan keji demi uang adalah orang-orang yang lebih buruk dari kanibal,
Walaupun Ia hidup dengan memakan rumput saja, orang yang tidak pernah memiliki rasa iri pada orang lain dalam pikiran sekalipun, yang berbahagia atas musuhnya sekalipun, Ialah Bhakta sejati, Ia adalah seorang Yogi yang agung, Ia adlah guru dari semuanya, walaupun ia memakan daging yang sangat banyak dalam kesehariannya. Oleh karena itu kita harus selalu mengingat bahwa latihan yang bersifat eksternal hanya memilikinilai sebagai pembantu untuk mengembangkan kemurnian internal seseorang. Lebih baik memiliki kemurnian hati, ketika kemurnian eksternal sulit dilakukan.

       Sarana berikutnya yang dipakai untuk pencapaian bhakti yoga adlah kekuatan (Anavasada), “ Atman ini tidaklah dicapai oleh mereka yang lemah” kata shruti Kelemahan fisik dan mentallah yang dimaksudkan dalam hal ini, “ yang kuat dan yang kukuh”, adalah murid-murid yang tepat.
Apakah yang terjadi pada mereka yang lemah, mereka akan hancur, ketika kekuatan misterius tubuh dan pikiran sedikit dibangkitkan oleh latihan yoga ini. Sehingga , orang yang muda, kuat dan sehatlah yang bisa memperoleh keberhasilan. Kekuatan fisik, oleh karena itu memang sangat dibutuhkan, hanya tubuh yang kuat yang dapat menahan reaksi yang berasal dari usaha pengendalian organ tubuh kita. Ia yang ingin menjadi bhakta harus kuat dan juga sehat. Ketika orang yang lemah berusaha melakukan yoga, mereka akan menjadi sakit atau pikirannya menjadi semakin lemah.

      Mereka yang memiliki mental yang lemah tidak bisa menjadi Atman. Mereka yang ingin menjadi bhakta haruslah orang yang gembira. Di dunia barat pemikiran tentang orang yang relijius bahwa mereka tidak pernah tersenyum, mereka selalu serius. Oarang yang memiliki ciriciri seperti ini lebih tepat menjadi dokter dan bukan seorang yogi. Pkiran yang riang adalah pikiran yang baik. Pikiran yang kuatlah yang bertahan dari ribuan kesulitan.
Dan tuigas yang paling sulit diantara semua tugas itu adalah memotong jaring maya, yang adalah sebuah pekerjaan yang bisa dilakukan oleh keinginan yang amat besar.

       Yang juga penting adalh menghindari kesenangan yang berlebihan (anuddharsana. Kesenangan yang berlebihan membuat kita tidak bisa memiliki pikiran yang terkonsentrasi. Ini yang membuat energi pikiran terpecah. Semakin kuat keinginan, semakin kuat ia menghadapi emosi yang berubah-ubah. Terlalu bahagia sama dengan keadaan terlalu sedih dan semua pencapaian memungkinkan apabila pikiran itu kokoh, berada dalam keadaan damai dan memiliki keseimbangan yang harmonis.

Mereka yang memiliki kesemua ini yang bisa mulai belajar untuk mengasihi TUHAN.


                                                BAB II

                           PARA BHAKTI ATAU BHAKTI
                                   YANG TERTINGGI

1.PERSIAPAN PENARIKAN DIRI

       Kita sudah selesai membahas persiapan untuk melakukan bhakti, dan memasuku studi para-bhakti atau bhakti yang tertinggi. Kita juga harus membahas persiapan yang bisa dilakukan melakukan para-bhakti ini.
Semua persiapan yang dilakukan dimaksudkan hanya untuk pemurnian jiwa.
Pengulangan nama tuhan, ritual yang dilakukan, wujud dan juga simbol, kesemuanya ini pemurnian jiwa. Pemurni teragung diantara kesemuanya. Pemurnian tanpa yang mana tidak seorangpun yang bisa memasuki daerah Bhakti yang lebih tinggi(para bhakti), adalah penarikkan diri (renunsiasi). Hal ini membuat takut banyak orang. Tanpanya tidak mungkin ada pertumbuhan spiritual . Dlam semua yoga kita penarikan diri (renunsasi) ini sangat dibutuhkan. Ini adalah batu loncatan dan titik serta jantung dari semua budaya spiritual----renunsasi. Ini adalah agama----penarikan diri (renunsiasi).

       Ketika jiwa manusia ditarik kembali dari hal-hal duniawi dan mencoba lebih mendalam hal lainnya; Ketika manusia memahami bahwa Ia akan hancur dan menjadi zat-zat, dan memalingkan wajahnya dari zat-zat itu---
Maka dimulailah penarikkan diri, dimulailah pertumbuhan spiritual yang lain. Penarikan diri seorang karma yogi adalah bentuk penyerahan semua hasil perbuatannya; Ia tidak terikat dengan hasil kerjanya Ia tidak perduli dengan hasil yang akan diterimanya sekarang dan selamanya. Raja yogi mengetahui bahwa semua yang ada dalam dirinya dimaksudkan bagi jiwa untuk dapat mencapainya, jiwa manusia harus memahami dan menyadari bahwa jiwalah, dan bukan zat yang menembus keabadian dan penyatuannya dengan zat hanya bisa terjadi suatu waktu, seorang Raja Yogi belajar renunsiasi melalui pengalamannya sendiri. Jnana yogi memiliki jalan yang panjang untuk menujurenunsiasi, karena Ia memahami dari awal bahwa semua yang ada didunia ini hanyalah ilusi. Ia harus memahami semua jenis manisfestasi kekuatan dialam yang adalah milik jiwa dan bukan sifat. Ia harus tahu dari awal semua pengetahuan dan semua pengalamannya ada dalam jiwanya. Dan ia bisa melepaskan diri dari semua ikatan yang ada. Ia melepaskan semuanya, Ia membiarkannya sirna dan Ia berdiri sendiri sekarang !

       Dari semua renunsiasi (penarikan diri) yang paling alami adalah bhakti-yogi, Dalam bhakti-yogi, tidak ada kekerasan, tidak ada yang dilepaskan, tidak ada yang dikoyak, tidak ada yang harus dipisahkan dari diri kita. Renunsiasi seorang bhakta sangatlah sederhana, halus dan sangat alami seperti segala benda yang ada disekitar kita. Kita melihat manisfestasi dari renunsiasi setiap hari dalam kehidupan kita. Seorang laki-laki mulai mencintai wanita; setelah beberapa saat ia mencintai yang lain, dan wanita yang pertama dia lepaskan, Ia membuang semua pikirannya tentangnya, Tanpa perasaan menginginkan wanita itu lagi. Seorang wanita mencintai pria; ia kemudian mencinatai pria lainnya, dan laki-laki pertama menjauh dari pilirannya dengan sangat alami, seorang pria mencintai kotanya, kemudian Ia mencintai negaranya, patriotismenya menghilang ketika tiba saatnya, tanpa perasaan marah atau sedih.

     Seoang manusia yang senang memanjakan indriyanya; ketika ia lebih baik ia melepaskan sifatnya itu dan mengurangi sifat buruknya. Tidak ada manusia yang sangat bisa menikmati makanannya seperti seekor anjing atau seekor srigala, tetapi kesenangan yang didapatkan manusia dari pengalaman intelektualnya tidak pernah bis dinikmati oleh seekor anjing. Pada awalnya, kesenangan  berhubungan dengan tingkatan indera yang lebih rendah; tetapi ketika binatang mencapai tingkatan yang lebih tinggi yaitu menjadi manusia
Maka indera-indera yang tingkatannya lebih rendah merajalela.
Dalam masyarakat, semakin dekat manusia dengan sifat binatang, maka semakin kuat kecenderungannya untuk mengumbar hawa-nafsu indriya; dan semakin tinggi kebudayaan manusia maka semakin tinggi dia mengejar kesenangan intelektual atau pikiran. Jadi ketika manusia mencapai tempat yang lebih tinggi dalam spiritualitas, dan dalam inspirasi surgawi Ia meraskan kebahagiaan yang sangat mendalam sedangkan kesenangan yang melibatkan indera hanyalah kesenangan semata. Ketika bulan bersinar dengan terang, semua bintang menjadi redup dan ketika matahari bersinar,
Bulan menjadi redup. Renunsiasi (penarikan diri) sangat penting untuk pencapaian Bhakti tidaklah diperoleh dengan membunuh apapun, Tetapai datang dengan alami dalam bentuk cahaya yang lebih kuat, yang kurang kuat menjadi redup dan semakin redup dan menghilang, Jadi kecintaan akan kesenangan indera dibuat redup, dikesampingkan dan terdampar dalam bayangan kasih Tuhan sendiri.



       Kasih akan Tuhan bertumbuh dan mengambil wujud yang disebut dengan Para-Bhakti atau Bhakti yang tertinggi. Wujud menghilang. Ritual terbang. Buku tidak lagi digunakan. Patung-patung, kuil , gereja. Agama, sekte, negara dan kebangsaan----semua ini adalah batasan kecil dan ikatan hancur bagi mereka yang mengetahui kasih Tuhan. Tidak ada yang tersisa
Yang bisa mengekangnya atau yang membatasi kebebasannya. Sebuah kapal tiba-tiba mendekati medan magnet semua skrup-skrupnya dan juga besi-besinya tertarik dan pelang-pelangnya mengendur dan mengambang di air.
Berkah Tuhan mengendurkan semua ikatan sekrup dan batangan jiwa dan jiwa menjadi bebas. Demikian juga dengan pengabdian yang ada, tidak ada paksaan, perjuangan atau tekanan. Bhakta tidak ditekan oleh emosinya, Ia hanya perlu menguatkannya saja dan mengarahkan pada Tuhan.


2.RENUNSIASI BHAKTA YANG BERASAL DARI KASIH

       Kita bisa melihat kasih (cinta ) dalam semuanya. Apapun yang terdapat dalam masyarakat yang baik, agung dan halus pastilah datang dari kasih (cinta). Apapun yang ada dalam masyarakat yang buruk, yang merugikan juga adalah kasih (cinta) namun dengan arah yang salah. Adalah emosi yang sama yang memberikan kita kasih penyatuan antara suami dan istri dan juga kasih untuk memenuhi nafsu kebinatangan dalam wujud yang paling rendah, emosi ini sama, namun yang berbeda adalah manisfestasinya. Adalah perasaan yang sama yang membuat manusia melakukan hal baik ataupun hal buruk. Pada orang yang baik arah cinta (kasih)nya positif, sedangkan yang lainnya arahhnya negatif. Api yang sama yang memasak makanan kita juga bisa membakar tangan anak kita, bukanlah salah apinya, tetapi salah penggunanya. Oleh karena itu, kasih kerinduan yang mendalam, keinginan penyatun semuanya muncul jadi satu dan dimanisfestasikan dimana-mana
Dalam wujud yang lebih rendah ataupun yang lebih tinggi.

       Bhakti-Yoga adalah Ilmu tentang tingkatan kasih yang lebih tinggi. Ini menunjukkan pada kita bagaimana mengarahkannya; menunjukkan cara bagaimana kita mengendalikannya, bagaimana mengaturnya, bagaimana menggunakannya, bagaimana memberi tujuan. Dan dari semua itu hasil yang paling tinggi dan teragung adalah bagaimana hal ini akan menuntun kita pada berkah spiritual. Bhakti-yoga tidak mengatakan,”Menyerahlah”, namun hanya berkata “kasihi; kasihi yang tertinggi” dan segala yang rendah berjatuhan, obyek yang kasihnya adalah yang tertinggi.

       Aku tidak bisa mengatakan apapun pada-Mu, kecuali engkau adalah kasihku, engkau amat indah, Wahai Tuhan Indah nian diri-MU Engkau indah dengan sendirinya,” yang perlu kita lakukan adalah untuk mengarahkan kerinduan akan sesuatu yang indah dalam diri kita pada Tuhan. Apa yang indah dari wajah manusia, dilangit pada bintang-bintang dan pada Bulan ? adalah bagian keindahan memeluk Tuhan.  Cahaya-NYAlah bersinar terang, adalah melalui cahaya-NYAlah semua bersinar. Ambillah jalan Bhakti yang tertinggi ini dan engkau akan melupakan personalitasmu yang kecil itu. Jauhkan dirimu dari dunia yang egois ini. Janagan melihat kemanusiaan sebagai pusat dari dirimu dan semua minatmu. Jadilah saksi, sebagai murid dan lihatlah fenomena ini, lepaskan keterikatan dan lihatlah bagaimana kasih yang agung ini bekerja didunia. Kadang percikan kecil nampak namun ini semua hanyalah hasil dari usaha yang kita lakukan untuk mencapai kasih yang lebih tinggi. Kadang ada pertengkaran atau kesedihan tetapi itu akan berlalu. Berdirilah dan biarkan friksi ini datang. Anda merasakan friksi ini ketika anda masih ada dalam aliran duniawi, Tetapi ketika engkau diluar terdapat jutaan dan jutaan lagi saluran dimana Tuhan memanisfestasikan diri sebagai Kasih.

“ Dimanapun terdapat kebahagiaan, bahkan dalam hal sesual sekalipun, terdapat percikan kebahagiaan abadi yang adalah Tuhan sendiri.” Bahkan dalam ketertarikan dalam tingkatan yang terendah sekaligus terdapat benih kasih surgawi. Salah satu nama yang terdapat dalam kitab suci kita adalah Hari, dan ini berarti Ia yang menarik segala sesuatu menuju dirinya. Ia bahkan menjadi satu-satunya ketertarikan yang layak bagi hati manusia. Siapa yang bisa menarik Jiwa? Hanya Ia! Apakah anda berpikir kematian menarik jiwa kita? Tidak akan pernah dan tak pernah terjadi sebelumnya. Jika seorang pemuda memiliki wajah yang tampan apakah anda pikir molekul-molekul pembentuk tubuhnya yang membuatnya seoerti ini? Tidak. Dibalik partikel itu pasti ada pengaruh surgawi dan kasih sorgawi. Orang bodoh tidak mengetahui hal ini, tetapi baik sadar atu tidak sadar, Ia teertarik padanya. Bahkan ketertarikan dengan tingkatan yang paling rendah sekalipun mendapat kekuatannya dari Tuhan sendiri,” Tidak ada siapapun yang mencintai suaminya, demi suaminya sendiri; adalah atman, Tuhan yang adadi dalam yang membuat seorang suami dicintai.” Sama halnya, tidak seorngapun yang mencintai anak kecil kalau tanpa adanya percikan Tuhan didalamnya. Tuhan adalah magnet yang Agung dan kita seperti bubuk besi; kita tertarik Pada-NYA. Semua perjuangan dan pertarungkan dimaksudkan untuk pergi kepada-NYA dan menyatu dengan-NYA.

       Teatapi Bhakti yoga mengetahui makna perjuangan hidup; Ia memahaminya. IA telah melalui banyak perjuangan, dan mengetahui apa yang Ia maksudkan dan dengan jujur menginginkan kebebasan dari friksi dunia; ia ingin pergi menuju kepusat ketertarikan; Hari yang agung. Inilah renunsiasi seorang Bhakta. Ketertarikan yang amat kuat ini sehubungan dengan Tuhan membuat segala ketertarikan menghilang. Kasih yang aguing akan Tuhan ini memasuki hatii manusia dan tidak meninggalkan tempat tersisa untuk kasih yang lain. Bagaimana bis terjadi sebaliknya? Bhakti memenuhi hatinya dengan air surgawi dan lautan kasih, yang adlah Tuhan. Ia sendiri. Tidak ada tempat disana untuk kasih lain yang kecil sekalipun. Bisa dikatakan bahwa merenunsiasi Bhakta adalah Vairagya atau ketidak terikatan untuk semua hal yang bukan Tuhan, yang adalah hasil dari Anuraga atau ketertarikan dengan Tuhan.

       Inilah persiapan yang ideal untuk mencapai Para-Bhakti. Ketika renunsiasi ini datang, gerbang terbuka bagi jiwa untuk lewat dan mencapai Bhakti tertinggi atau Para-Bhakti. Kemudian saat inilah kita mulai memahami apa para-Bhakti itu sesungguhnya; dan manusia yang memasuki kuil para-bhakti memiliki hak mengatakan bahwa semua bentuk dan lambang tidak berguna lagi untuknya dalam membantu realisasi agama. Ia sendiri telah mencapai keadaan yang tertinggi, yang lainnya hanya bicara saja. Ia tidak melihat perbedaan, antara lautan kasih yang memasukinya dan Ia tidak melihat manusia dalam diri manusia, tetapi melihat kekasihnya dimana-mana.

       Semua wajah memancarkan Hari, baginya Cahaya matahari atau bulan adalah manisfestasinya. Ketika ada kecantikan, baginya itulah Ia. Bhakta seperti ini masih ada, dunia ini tidak pernah tanpanya.  Bahkan ular mengigit mereka, mereka menganggap bahwa utusan telah dikirim oleh kekasihnya. Manusia seperti ini memiliki hak untuk membicarakan persaudaraan, mereka tidak pernah gelisah, pikiran mereka tidak pernah membenci atau iri. Sesuatu yang external. Sensual telah menghilang dari diri mereka. Bagaimana mungkin mereka marah, ketika melalui kasih mereka, mereka bisa melihat kenyataan yang ada diblik semua itu ?

3. KEALAMIAN BHAKTI YOGA DAN RAHASIANYA.

       “Apakah mereka yang selalu memuja-Mu, memuja dirimu yang mutlak, adlah para yogi yang agung ?”---Arjuna bertanya pada Shri krishna, jawabannya adalah: “Mereka yang memusatkan pikirannya pada-KU dengan terus menerus, memiliki keyakinan yang kuat, mereka adalah pemujaku yang terbaik, mereka adalah yogi yang sesungguhnya. Mereka juga memuja yang ada dimana-mana, Ia yang tak terpikirkan, memahami semua, tidak bergerak dan abadi dengan mengendalikan diri dan selalu melakukan kebaikkan padaq orang lain juga akan tiba padaku. Tetapi bagi mereka yang pikirannya mengabdi pada Ia yang tidak termanisfestasikan, perjuangan yang berat mereka laui, Mereka yang menghaturkan hasil kerjanya pada-KU dan memuja_KU tanpa keterikatan, Aku akan mengangkat mereka dari lautan kelahiran dan kematian karena pikiran mereka tertuju pada-KU.
       Jnana yoga dan Bhakti yoga keduanya bisa diacu dalam pengertian ini. Keduanya bisa dikatakan telah terdefinisi pada pengertian diatas. Jnana  Itu itu amat agung; iniadalah filsafat yang tinggi. Semua makhluk hidup berpikir ia melakukan segalanya dengan filsafat. Tetapi sesunngguhna sulit hidup dalam filsafat. Kadang-kadang kita membahayakan diri dengan menuntun hidup kita dengan filsafat. Dunia biasa dikatakan dipenuhi dengan dua jenis manusia, manusia yang jahat, yang brpikir bahwa menganggap tubuh sebagai segalanya dan akhir dari semua keberadaan. Dan jenis yang kedua, adalah orang yang baik, yang menyadari tubuh hanyalah sarana untuk mencapai tujuan, dan sarana untuk mengajari jiwa, kejahatan bisa saja membuat orang yang tidak baik tergoda, dan mampu juga menggoada orang yang baik lainnya. Inilah bahaya dari jnana yoga. Tetapi Bhakti yoga itu bersifat natural, manis dan lembut, bhakta tidak memerlukan usaha yang amat besar seperti yang diperlukan oleh seorang jnana yogi smapai semua keterikatan itu pergi, maka jiwa tidak akan pernah bebas, apapun jalan yang diambil.

       Seperti yang digambarkan kalimat berikut tenatang para Gopi, yang rantai pengikat baik perbuatan yang menghasilkan pahala atau yang lainnya dihancurkan. “Kebahagiaan mendalam saat bermeditasi pada Tuhan membuka ikatan akibat perbuatan baik. Kemudian penderitaan jiwanya yang tidak mencapainya dibersihkan dari semua dosa yang mengikatnya dan iapun bebas (Wisnu purana). Zdalam Bhakti yoga rahasianya adalah untuk mengetahui berbagai keinginan, perasaan dan hasrat dalam hati manusia bukanlah sesuatu yang salah, tetapi semuanya diatur denagn hati-hati dan diberikan pengarahan yang lebih baik hingga mencapai keadaan yang tertinggi. Arah yang paling tinggi adalah menuju Tuhan. Sedangkan arah yang lain berada pada tingkatan yang lebih rendah. Kita meraasakan bahwa kesenangan dan rasa sakit adalah sama dan seringkali muncul dalam kehidupan kita. Ketika manusia merasa tidak bahagia karena tidak memiliki kekayaan atau benda duniawi lainnya, Ia memberikan perasaannya arahan yang salah. Tetapi kesedihan ini ada gunanya. Biarkanlah manusia merasakan kesediahan karena tidak bisa mencapai hal yang tertiggi, Bahwqa Ia belum mencapai Tuhan dan rasa sakit ini akan mengarahkannya pada pembebasan. Ketika anda bahagia karena punya uang, adlah salah merasa seperti itu; perasaan ini harus diarahkan kepada arah yang lebih tinggi, Perasaan ini harus digunakan untuk melayani yang tertinggi. Kesenangan yang seprti inilah yang seharusnya menjadi kesenangan yang tertinggi. Semua ini benar adanya. Bhakta mengatakan bahwa tiada yang salah dengan semua perasaan ini, Ia merangkul semuanya dan mengarahkannya pada Tuhan.



4. WUJUD MANISFESTASI KASIH

       Berikut ini adlah wujud dimana cinta memanisfesatasikan dirinya. Pertama terdapat rasa hormat. Mengapa orang-orang menghormati kuil-kuil
Dan tempat suci? Karena Ia dipuja disana, dan kehadiran-NYA berhubungan dengan tempat-tempat ini. Kenapa orang-orang menghormati para guru (agama)? Ini adaah hal yang alami bagi manusia. Karena semua Guru menyebarkan tentang ajaran Tuhan. Pada dasarnya, penghormatan adalah tumbuhnya kasih; kita tidak bisa menghormati Ia yang tidak kita kasihi, Kemudian tumbuhlah pitri. Kebahagiaan didalam Tuhan.
Betapa besar kesenangan yang diberikan manusia untuk memuaskan inderanya! Mereka pergi kemana saja, berlari menghadang bahaya, untuk mendapatkan apa yang mereka cintai,sesuatu yang indera mereka sangat cintai. Apa yang diinginkan seorang Bhakta  adalah jenis perasaan cinta yang seperti ini, tetapi diarahkan pada Tuhan. Kemudian muncullah rasa sakit. Viraha, kerinduan akan Kekasih. Ketika manusia merasa sangat menderita karena Ia belum mencapai Tuhan, Ia menjadi tidak Thau apa yang dia inginkan, tidak puas bahkan dia hampir gila----kemudian muncullah Viraha, dan keadaan ini membuatnya merasa terganggu atas kehadiran yang bukan kekasihnya (Ekarativi chikitsa). Dalam kasih duniawi kita akan sering melihat Viraha datang, dan apabila seorang pria mencintai wanita, mereka secara alami merasa terganggu dengan kehadiran mereka yang bukan wanita yang dicintainya. Rasa ketidak sabaran yang samalah yang terjadi pada mereka pada mereka yang mengambil jalan Para-bhakti, bahkan membicarakan sesuatu yang  bukan tuhanpun menjadi sesuatu yang mereka benci. “ Pikirlah Ia, Pikirkanlah hanya dia, dan lepaskan kata-kata lain.” IA yang hanya menyebut-NYA, seorang bhakta akan merasakan bahwa orang ini adalah sahabat. Sebuah tahapan kasih yang lebih tinggi dicapai ketika hidup diperuntukkan hanya untuk Kasih-NYA. Tanpa-NYA, kehidupan seperti ini tidak akan ada sesaat. Hidup ini indah karena memikirkan Kasih Tuhan. Tadiyata(Ia) datang ketika manusia menjadi sempurna dalam Bhakti----ketika Ia menjadi terberkahi, Ketika IA mencapai Tuhan, sebagai adanya. Kemudian seluruh dirinya dimurnikan dan berubah seluruhnya. Semua tujuan hidup kemudian akan terpenuhi. Banyak Bakta yang hanya hidup untuk memuja-NYA. Itulah kebahagiaan sejati, satu-satunya kesenangan dalam hidup, yang tak akan mereka lepaskan . “ Wahai Raja, begitu terberkahinya sifat Hari sehingga mereka menjadi puas atas segalanya, seluruh simpul dalam hati telah dipotong.” “ Tuhan yang dipuja oleh semua dewa---dipuja semua pencinta kebebasan” dan semua yang mengetahui Brahman.” Begitulah kekuatan kasih. Ketika manusia telah melupakan dirinya IA memasuki tahapan Tadiyata; semuanya suci dalam dirinya, karena semuanya adlah milik Tuhan, Seluruh jagat-raya ini menjadi kesaangannya,karena semuanya adlah milik-NYA.
5. KASIH UNIVERSAL DAN BAGAIMANA KAASIH INI 
    MENGARAHKAN PADA PENYERAHAN DIRI

       Bagaimana kita mencintai vyasti, sesuatu yang khusus, tanpa kita terlebih dahulu mencintai samasthi, yang universal? Tuhan itu adalah Samasthi. Dunia universal, sedangkan jagat-raya yang kita lihat adalah vyasti, hal yang skupnya lebih kecil. Untuk mencintai jagat-raya ini hanya ,memungkinkan apabila kita mencintai samasthi---yang universal—yang adalah satu kesatuan dalam unit yang lebih kecil. Para filsuf India tidak berhenti pada hal yang bersifat tertentu ini Mereka melihatnya sebentar dan kemudian melihat sesuatu secara universal. Pencarian pada sesuatu yang universal adalah pencarian para filsuf India. Para jnani bertujuan untuk melihat sesuatu secara keseluruhan. Bhakta bisa berharap menyadari Tuhan, dalam Kasih yang universal. Para Yogi berharap untuk menguasai kekuatan itu, dengan mengendalikan kekuatannya. Pemikiran India, sepanjang sejarah, adalah telah diarahkan pada sejenis pencarian terhadap segala yang universal dalam segalanya----dalam ilmu pengetahuan. Dalam psikologi, dalam kasih dan dalam filsafat. Jadi kesimpulan yang diambil seorang Bhakta adalah bahwa apabila anda mencintai seseorang dan kemudian berlanjut dengan mencinatai orang lain, maka anda akan mencinatai orang itu dlam waktu  yang lama hingga pada akhirnya mampu mencinatai dunia sebagai keseluruhan. Jadi kasih pada keseluruhan adlah Tuhan, jumblah keseluruhan jiwa dalam jagat-raya ini, apakah mereka bebas, terikat, atau berjuang terhadap pembebasan yang adalah Tuhan, kemudian menjadi memungkinkan bagi siapapun merasakan kasih Universal, Tuhan adlah samasthi, dan jagat-raya ini adalah manisfestasi Tuhan. Mengasihi Tuhan dan melakukan Kehendaknya akan menjadi mudah; Kita harus mendapatkan kekuatan ini; kalau tidak sangat tidak mungkin untuk melakukan pada dunia. “ Segalanya adalah milik-NYA dan IA adalah kekasihku; Aku megasihi-NYA,” kata Bhakta. Dalam hal ini segalanya menjadi suci bagi seorang Bhakta, karena semua adalah milik-NYA. Semua adalah anak-anak-NYA, Tubuh-NYA, Manisfestasi-NYA, kenapa kemudian kita menyakiti orang lain? Kenapa kita tidak mengasihi orang lain? Dengan lasih Tuhan yang datang pada kita, maka kasih akan setiap individu akan ada di jagat-raya ini. Semakin dekat kita dengan Tuhan semakin cepat kita melihat segala sesuatu dalam diri-NYA. Ketika jiwa merasakan kebahagiaan dari kasih Tuhan, maka jiwa akan melihat-NYA dalam segalanya. Hati kita akan menjadi sumber kasih yang abadi. Dan ketika kita mencapai keadaan yang lebih tinggi dari kasih ini, semua perbedaan kecil dalam dunia semua akan sirna. Manusia tdak lagi dipandang sebagai manusia; binatang tidak lagi dipandang sebagai binatang, tetapi sebagai TUHAN. Bahkan seekor harimau tidak lagi dipandang sebagai harimau, tetapi manisfestaasi Tuhan. Sehingga dlam keadaan bhakti yang mendalam ini, pemujaan ditujukan pada setiap orang. Pada setiap kehidupan, pada setiap makhluk.  –“ Mengetahui bahwa Hari, Tuhan. Ada dalam setiap makhluk, orang bijaksana memiliki kasih yang mendalam terhadap semua makhluk.”

       Sebagai hasil dari semua kasih yang mendalam ini, muncullah perasaan penyerahan diri, keyakinan bahwa, apa yang terjadi bertentangan dengan diri kita, apritkulnya. Kemudian jiwa yang mencintai akan berkata. Jika penderitaan datang.” Selamat datang derita.” Jika seekor ular datang. Aku akan berkata ,”selamat datang Ular” jika kematian datang, Bhakta ini akan menyambutnya dengan senyum.

       “Terberkatilah diriku bahwa semuanya kini telah datang padaku.” Bhakta dalam keadaan sempurna ini, membangkitkan kasih yang mendalam dalam Tuhan dan pada semua yang ada dalam diri-NYA, yang membedakan antara kesenangan dan rasa sakit sepanjang semuanya mempengaruhinya. Ia tidak mengeluh ketika menderita atau sakit; dan tidak mengeluh atas kehendak Tuhan ini adalah lebih berharga dari semua
Kejayaan dan sikap kepahlawanan lainnya.

       Bagi manusia secara umum, tubuh adalah segalanya; tubuh adalah jagat-raya bagi mereka; kesenangan indera adalah segalanya, Pemujaan terhadap tubuh telah merasuki diri kita. Kita bisa berbicara tentang hal-hal yang tinggi, tetapi kita ibaratnya seekor burung elang walaupun terbang diatas tetap mengincar mangsa yang ada dibawah. Kenapa tubuh kita harus dilindungi. Zmisalnya dari harimau? Kenapa kita tidak membiarkannya dimakan harimau? Kemudian, harimau ini akan puas dan semua ini tidak begitu jauh dari pengorbanan diri dan pemujaan. Bisakah anda mencapai realisasi seperti ini? Ini adalah tingkatan yang tinggi, tetapi sebelum manusia mencapai hal ini, Ia tidak bisa menjadi seorang Bhakta. Kita bisa saja mengatur tubuh kita. Tetapi tubuh kita harus mati; tidak ada yang abadi. Terberkatilah mereka yang tubuhnya binasa dalam melayani orang lain. “Kekayaan dan  bahkan kehidupan itu sendiri, kata para Rsi harus disiapkan menolong orang lain. Dalam dunia ini satu hal yang pasti Kematian, akan lebih baik apabila tubuh mati karena hal yang baik dar pada hal yang buruk “ Kita bisa menjaga tubuh kita 50 hingga 100 tahun, tetapi setelah itu apa yang terjadi Segala yang hasil kombinasi dari zat harus hancur dan mati. Ini keharusan dan akan tiba saatnya untuk itu. Yesus dan Budha dan nabi Muhamad semuanya adalh meninggal, Semua nabi yang agung dan para guru agung juga telah meninggal.

       “Dalam dunia fana ini, dimana semuanya hancur, Kita harus menggunakan waktu yang kita punya.” Kata Bhakta . dan kegunaan hidup yang paling baik adalah untuk melayani makhluk lain. “ sangatlah buruk apabila kita menjaga kenyamanan dan kesenangan tubuh kita, memenuhi dunia dengan tindakan yang egois dan tidak ada gunanya. Jika anda tahu bahwa anda lebih dari sekedar tubuh anda, maka tidak ada yang perlu anda lawan atau perjuangkan; anda menutup diri pada semua keegoisan. Jadi seorang Bhakta mengatakan kita harus menjaga diri agar kita mati rasa pada semua benda duniawi; dan inilah penyerahan diri, Biarkanlah segala sesuatu itu datang. Inilah makna dari kata “ semuanya usai”; Maka kita tidak akan bertarung dan berjuang dan memikirkan semuanya karena Tuhan telah mengaturnya. Kadang kebaikan muncul dari hal yang egois, saat Tuhan menghendakinya. Bhakta yang sempurna tidak boleh bekerja demi keuntungannya sendiri”Tuhan, mereka membuatkan-MU kuil yang tinggi atas nama-MU; aku miskin; aku tidak punya apa-apa, jadi aku gunakan tubuhku ini dan meletakkannya di kaki-MU. Itulah Doa pembuka yang terdapat dalam pikiran seorang Bhakta. Baginya hal ini jauh lebih berharga dari semua kekayaan yang ada di dunia. Kedamaiaan hati seorang Bhakta adalah kedamaiaan yang melewati semua pemahaman dan seluruh nilainya. Apritkul-NYA adalah keadaan pikiran yang tidak memiliki niat apapun. Dalam keadaan ini semua yang berada dalam keterikatan akan pergi, terkecuali yang menyerap dalam diri-NYA. Keterikatan kasih ini pada Tuhan adalah kasih yang tidakk mengikat jiwa tetapi menghancurkan batasan jiwa.

6. PENGETAHUAN YANG LEBIH TINGGI DARI KASIH YANG LEBIH TINGGI PADA KEKASIH SEJATI (TUHAN)

       Upanishad membedakan antara pengetahuan yang lebih tinggi dan yang lebih rendah. Dan bagi seorang Bhakta tidak ada perbedaan antara pengetahuan yang lebih tinggi dan kasihnya yang lebih tinggi (para-Bhakti). Mundaka Upanishad mengatakan; “ Ia yang mengetahui Brahman menyatakan bahwa ada dua jenis pengetahuan yang penting untuk diketahui, yaitu pengetahuan yang lebih tinggi (para) dan yang lebih rendah (apara), dari pengetahuan yang memiliki tingkatan yang lebih rendah adalah termasuk reg weda, yajur weda, sama weda, atharwa Weda, shiksa( ilmu yang berhubungan dengan pengucapan dan aksen), Kalpa (liturgi suci), tata bahasa, Nirukta (ilmu yang berhubungan dengan makna kata), suara, astronomi; dan yang lebih tinggi adalah pengetahuan yang tak berubah,”

       Pengetahuan yang lebih tinggi adlah pengetahuan Brahman; dan Devi-Bhagavata yang memberikan difinisi tentang kasih yang lebih tinggi (para-Bhakti): “seperti minyak yang tuangkan dar satu bejana ke bejana lain, demikian juga dengan pikiranyang adlah aliran tiada henti pada Tuhan, apabila ini ada maka kita akan memiliki para-Bhakti atau kasih yang tertinggi.” Arah pikiran yang tidak terganggu ini terhadap Tuhan dengan keterikatan yang terpisah dari wujud yang paling tinggi, oleh karena itu para-Bhakta yang juga dikenal sebagai kasih yang berasal dari ikatan(raganuga), Ketika kasih yang tertinggi ini berada dalam hati manusia , pikirannya akan terus terpusat pada Tuhan dan tidak mengingat hal yang lain. Ia tidak akan memberikan ruang bahkan untuk pikiran lain selain Tuhan, dan Jiwanya akan sanagat Murni. Dan Ia juga tidak akan melepaskan semua ikatan pikiran dan zat, Ia menjadi benar-benar bebas, Ia sendiri bisa memuja Tuhan dalam hatinya, baginya eujud, lambang, buku dan doktrin dan yang lainnya tidaklah penting dan tidak berpengaruh. Cinta manusia biasanya bersemi apabila ada timabal balik; ketika tidak berbalik maka tidaklah bersemi. Tetapi sangat sulit apabila kita melihat cinta bersemi sendiri tanpa timbal balik. Kita bisa membandingkan jenis kasih ini, untuk sebuah ilustrasi, seperti kecintaan ngengat pada apai; serangga pada apai, jatuh kedalamnya dan mati, Memang sudah sifat alamiahnya yang menjadikannya begitu. Mencintai adlah sesuatu yang alami dan adlah sifat cinta untuk mengasihi, ini adalah manisfestasi tertingi dari kasih. Kasih yang seperti ini bekerja dalam bidang spiritulitas, yang dibutuhkan untuk mencapai para-Bhakti.


7. SEGITIGA CINTA

       Kita bisa melambangkan kasih sebagai sebuah segitiga, masing masing sudut berhubungan dengan karakteristik yang tidak terpisahkan. Tidak akan ada segitiga tanpa ketiga sudutnya . Tidak ada kasih tanpa  tiga karakteristik, sudut yang pertama dari segitiga kasih adalah mengetahui bahwa kasih tidak mengenal tawar-menawar. Ketika kasih menginginkan sebuah balasan maka ini bukan kasih sejati, ini seperti semata-mata menjaga toko saja. Selama masih ada pikiran untuk mendapatkan balasan atas kasih kita pada Tuhan, maka saat itu juga tidak ada kasih sejati yang bisa tumbuh dihati kita . Kita yang memuja Tuhan karena ingin mendapatkan berkah dari Tuhan bisa dipastikan bukan pemuja yang tulus. Bhakta mengaasihi Tuhan karena Tuhan sangat mudah untuk dikasihi, tidak ada motif lain yang berasal atau mengarahkan emosi surgawi dari pemuja yang sebenarnya.

       Kita telah mendengar bahwa seorang raja yang agung suatu ketika ke hutan dan bertemulah Ia dengan seorang Rsi. Ia berbicara dengan para Rsi itu dan sangat terkkesan karena kemurnian serta kebijaksanaan Rsi ini. Sang Raja kemudian memberikan hadiah untuk Rsi ini. Rsi ini menolak dan berkata, “Buah-buahan adalah makanan yang cukup untukku; aliran air yang murnimengalir dari pegunungan memberikan aku cukup minuman, kilit kayu memberikan aku pakaian yang cukup dan gua-gua pegunungan memberikan aku rumah.” “Mengapa aku harus menerima hadiah siapapun ?” Raja berkata,”Untuk kebaikanku Rsi, terimalah persembahan dariku, dan ikutlah aku kekota dan tinggallah di istanaku. Sebelum memberikan hadiah itu pada sang Rsi, Raja mengulangi doanya, Ia berkata, “ Wahai Dewa, anugerahilah padaku anak yang banyak, berikanlah aku kekayaan yang lebih banyak; semoga wilayah kerajaanku semakin berkembang;anugerahilah aku kesehatan,” dan sebagainya. Sebelum sang raja menyelesaikan doanya, Rsi itu bnagkit dan pergi dari tempat itu. Saat melihat ini terjadi raja memanggil sang Rsi dengan setengah menangis, “ Tuan Rsi anda pergi begitu saja, anda belum menerima hadiah yang saya berikan.” Rsi itu dan menoleh dan berkata, “aku bukan pengemis. Engkaulah yang pengemis, dan bagaimana bisa kau memberikan aku sesuatu? Aku bukan orang bodoh yang mengambil apapun dari pengemis. Pergilah jangan ikuti aku.”

       Memang ada perbedaan yang jelas antara pengemis dengan pecinta Tuhan. Meminta bukan Bahasa kasih. Memuja Tuhan bahkan untuk kebebasan diri atau untuk tujuan yang lain sama juga rendahnya. Kasih tidak mengenal balaasan. Kasih hanya ada untuk kasih itu saja. Bhakta mengasihi karena Ia memang harus mengasihi. Ketika anda melihat pemandangan gunung yang indah anda jatuh cinta dan tidak mengharapkan balasan atau pemandangan itu menginginkan sesuatu dari anda. Tetapi visi ini memberikan perasaan damai pada pikiran, menenangkan semua kegelisahan jiwa, menjadikan anda tenang, mengangkat diri anda, melampaui tubuh anda  dan meletakkan anda pada tingkatan kebahagiaan surgawi. Sifat kasih sejati ini adalah sudut pertama dalam segi tiga kasih. Janganlah meminta balasan atas kasih yang engkau berikan; jadilah pemberi;berikanlah kasihmu pada Tuhan, Tapi jangan memohon balasan pada-NYA

       Sudut yang kedua adalah bahwa kasih tidak mengenal rasa takut. Mereka yang mengasihi Tuhan melalui rasa takut adalah manusia dengan tingkatan paling rendah, tidak mengalami perkembangan. Mereka memuja Tuhan karena takut akan hukuman. Ia adalah Mkhluk yang suci yang mengasihi. Orang-orang yang memuja Tuhan karena rasa takut merendahkan Tuhan itu sendiri. Mereka takut apabila, mereka tidak memuja-NYA maka mereka akan mendapatkan Hukuman. Rasa takut adalah pemujaan yang paling rendah tingkatannya? Sepanjang ada rasa takut dalam hati, bagaimana bisa ada kasih? Kasih secara alami menakklukan semua ketakutan. Pikirkanlah tentang seorang ibu di jalan dan seeko
R anjing menggonggongnya; ia akan ketakutaan dan berlindung dirumah terdekat. Tetapi apabila keesokan harinya, ketika Ia bersama anaknya, katakanlah ada singa yang datang, dan singa itu menerkam anaknya. Diamanakah sang ibu itu? Tentu saja dihadapan mulut singa melindungi anaknya. Kasih mengatasi semua ketakutan. Ketakutan datang dari pikiran yang egois . Semakin egois diri kita maka kita akan semakin takut. Dan semakin sering anda berpikir bahwa anda bukan orang penting, maka ketakutan itupun akan berkurang. Sepanjang ada titik ketakutan, maka tidak akan pernah ada kasih dalam jiwa anda, kasih dan ketakutan tidaklah sebanding.

       Tuhan tidak boleh ditakuti oleh mereka yang memujanya. Kitab suci mengatakan, “ Jangan katakan Tuhan membuatmu takut ,” semakin anda sering menyebut nama Tuhan, m aka semakin baik dan menandakan bahwa anda sangat mengasihi Tuhan,

       Sudut yang ketiga adalah bahwa kasih tidak mengenal saingan, karena ini melambangkan pemikiran yang tertinggi. Kasih sejati tidak pernah akan datang pada kita. Kasih manusia bisa salah arah, tetapi orang yang ia kasihi, sesuatu yang ia cintai akan menjadi pemikirannya yang tertinggi. Seseorang bisa melihat kasih ini pada tingkatan makhluk yang lebih rendah namun bisa juga pada makhluk yang lebih tinggi. Dalam semuanya pemikiran sendirilah yang sejati dan dikasihi. Pemikiran tertinggi manusia adalah Tuhan. Bagi semuanya pemikiran tertinggi adalah Tuhan. Sintesa dari semua keindahan, kehalusan, kekuatan memberikan kita konsepsi kasih dan Tuhan yang mudah dikasihi.

      Pemikiran ini muncul dalam beberapa bentuk atau yang lainnya dalam
setiap pikiran secara alamiah; mereka membentuk bagian dari semua pikiran
kita. Semua manisfestasi aktif manusia ini memperjuangkan pemikiran itu. Semua pergerakan yang kita lihat dimasyarakat adalah hasil dari pemikiran ini; apa yang ada dalam diri kita ditekan hingga keluar. Pengaruh dominan dari pikiran ini mempengaruhi pemikiran, satu kekuatan motif yang bisa dilihat ditengah-tengah manusia . Bisa saja ini terjadi dalam ribuan kelahiran, setelah berjuang ribuan tahun, bahwa manuisa akhirnya memiliki pikiran yang siap, sehingga ia tidak mencari pemikiran yang ada diluar tetapi yang ada didalam. Pemikiran ini secara ideal menjadi kristalisasi. Semua orang kemudian akan setuju dengan sebuah peribahasa yang mengatakan,” seorang kekasih melihat kecantikan helen pada alis Ethiop, Orang yang berdiri dipinggir melihat bahwa kasih ini salah tempat, tetapi kasih ini melihat helen sama dan ia tidak melihat ethiop sama sekali. Helen atau ethiop, obyek dari kasih kita akan berpusat pada pemikiran kita. Apa yang biasanya dipuja di dunia ini? Tentu saja bukan pemikiran tentang pemuja dan kekasihnya. Pemikiran yang biasanya dipuja oleh orang tentu saja yang sesuai dengan dirinya. Orang yang haus darah misalanya memiliki kecenderungan memilih dewa yang mirip karakter dengannya, karena mereka hanya bisa mengasihi pemikiran mereka sendiri. Itulah mengapa orang yang baik memiliki pemikiran sangat tinggi tentang Tuhan dan pemikiran ini benar-benar sangat berbeda dengan yang lainnya.


8. KASIH TUHAN ADALAH BUKTINYA.

       Pemikiran apa yang dimiliki oleh seorang kekasih yang melampaui keegoisan, tawa-menawar dan yang tidak mengenal takut? Bahkan Tuhan yang maha Agung ini akan mengatakan, “ Aku akan memberikan padamu segalanya, dan aku telah menginginkan apapun sebagai balasannya darimu; kareana memang benar adanya bahwa tidak ada sesuatu yang aku bisa sebut sebagai milikku.” Ketika manusia telah mencapai keyakinan ini, pemikiran atau jalan yang Ia pilih menjadi kasih sempurna, satu kasih tanpa rasa takut. Pemikiran yang tertinggi ini tidak memiliki pandangan yang sempit, ini adalah kasih universal, kasih tanpa batas dan ikatan, kasih sendiri, kasih yang mutlak. Pemikiran yang Agung tentang agama kasih ini dipuja dan dikasihi tanpa bantuan lambang atau saran. Ini adalah bentuk para-bhakti yang paling tinggi---pemujaan dari pemikiran; semua bentuk Bhakti yang lain hanyalah tahap untuk mencapainya.

       Semua kegagalan dan semua keberhasilan dalam mengikuti agama kasih ini berada dijalan realisasi dari pemikiran itu. Obyek demi obyek dilalui dan pemikiran yang ada didalam ini diarahkan pada semuanya; dan semua obyek eksternal ini dirasakan tidak cukup untuk menggambarkan pemikiran ini secara alami ia menolak pemikiran yang lain. Pada akhirnya pemuja mulai memikirkan bahwa sangat menyakitkan apabila kita mencoba untuk memahai pemikiran dalam obyek eksternal, semua obyek eksternal ini tidak bisa dihubungkan dengan pemikiran itu sendiri; dan tentu saja Ia memiliki kekuatan untuk menyadari pemikiran abstrak yang paling tinggi dan yang paling umum sebagai abstraksi yang nyata dan hidup. Ketika pemuja telah mencapai Tahap ini, Ia tidak lagi bertanya apakah Tuhan dapat terliahat atau tidak, apakah Ia maha kusas atau ada dimana-mana. Baginya Ia hanyalah Tuhan pengasih; Ia adalah pemikiran kasih yang tertinggi, dan ini tidak mencukupi untuk segala tujuan, Ia. Sebagai kasih, adalah mampu membuktikan diri sendiri, tidak memerlukanbukti untuk memerlukan keberadaannya kekasih para kekasih. Master yang memiliki juruan agama mungkin memerlukan Bukti tentang keberadaan agama, tetapi seorang Bhakta tidak memerlukan dan tidak bisa berpikir bahwa Tuhan memang perlu dibuktikan. Baginya Tuhan ada secara menyeluruh sebagai kasih. “ Tidak ada seorangpun yang mengasihi suami demi suami itu sendiri, tetapi pastilah sang diri yang ada dalam jati diri seorang suami yang membuat suami begitu dikasihi, Tidak ada yang mengasihi seorang istri demi istri itu sendiri, pastilah karena sesuatu yang ada dalam diri yang isri yang membuat seorang istri dikasihi.”

       Dikatakan oleh beberapa orang bahwa keegoisan adalah kekuatan motif yang menjaga manusia pada semua katifitas manusia. Hal ini juga adalah kasih yang direndahkan dan dikhususkan. Ketika aku memikirkan diriku memahami universal, maka tidak akan ada keegoisan dalam diriku; tetapi ketika aku, karena kesalahan, memikirkan bahwa aku adalah sesuatu, kasihku menjadi tersempitkan. Kesalahan yang dimaksud adalah untuk membuat lingkaran kasih mengecil dan menyempit. Semua hal yang ada di dunia ini adalah mulya pada dasarnya; yang harus diingat adalah kasih mencakup kasih yang luas dan yang sempit. Keseluruhan ini adalah Tuhan dari para-Bhakta. Dan semua para dewa, Bapa di surga, Pemimpin, Pencipta dan semua teori dan doktrin serta buku yang tidak memiliki tujuan dan makna bagi mereka, melihat bahwa mereka telah melalui  kasih dan pengabdian dan dipenuhi dengan kekuatan kasih, semua pemikiran lain tenatang Tuhan menjadi tak berarti. Itulah kekuatan dari para- Bhakti atau kasih yang tertinggi; Bhakta yang telah disempurnakann tidak akan melihat Tuhan mencari Tuhan dikuil-kuil demikian juga diluar kuil, Ia akan mencarinya dalam kesucian yang paling suci demikian juga dalam kejahatan yang paling jahat, karena Ia telah duduk dalam Hatinya sebagai Cahaya Kasih yang maha agung yang tak pernah padam yang selalu bersinar dan ada selamanya.

9. REPRESENTAASI MANUSIA TERHADAP
    PEMIKIRAN  KASIH  SURGAWI

       Tidaklah mungkin untuk menggambarkan pemikiran tentang kasih yang suci dalam bahasa manusia. Bahkan imajinasi manusia yang paling tinggi sekalipun tidak dapat memahaminya dalam kesempurnaan dan keindahannya. Tetapi para pengikut agama kasih, dalam bentuk yang lebih tinggi atau yang lebih rendah menggunakan bahasa untuk memahami pemikiran kasih mereka itu. Jangan lagi, jangan gunakan kasih manusia lagi untuk mengungkapkan kasih yang teramat agung ini. Manusia hanya bisa memikirkan Tuhan dengan cara manusia sja; Bagi kita Tuhan bisa kdiungkapkan hanya dengan  bahaasa yang relatif. Seluruh jagat-raya ini adalah tulisan tentang infinitas dalam bahasa yang pasti. Oleh karena itu Bhakta membuat kita menggunakan istilah yang umum yang berhubungan dengan kasih kemanusiaan sehubungan dengan Tuhan dan pemujaan-NYA sehubungan dengan Tuhan dan pemujaan-NYA melalui kasih.

       Beberapa penulis Para-Bhakti telah mencoba memahami dan mengalami sendiri kasih surgawi dengan berbagai cara yang berbeda. Bentuk yang paling rendah dimana kasih dipahami disebut dengan kedamaiaan----shanta. Ketika memuja Tuhan  tanpa api dalam dirinya, tanpa kegilaan dalam pikirannya, ketika kasihnya hanyalah sebuah kasih yang amat tentram mengalun, lebih tinggi dari pada wujud, upacara dan simbol, maka ini disebut sebagai shanta. Kita melihat orang yang bergerak perlahan, yang lainnya seperti angin kencang. Shanta-Bhakta adlah mereka yang tenang, damai dan halus.

       Jenis Bhakti yang lebih tinggi adalah Dasya, yaitu pelayanan; pemuja berpikir bahwa ia adalah pelayan Tuhan. Keterikatan antara Tuhan dengan pemujanya seperti layaknya majikan dan pelayannya.

       Jenis yang berikutnya adalah Sakhya. Persahabatan---“ Engaku adalah sahabat kami yang terkasih. “ dan mengetahui bahwa temannya tidk akan pernah menipunya atau menilainya atas kesalahannya tetapi akan selalu membantu, demikian juga bhakta ini memandang hubungannya dengan Tuhannya. Sehingga Tuhan menjadi sahabat kita, sahabat yang begitu dekat, sahabat yang bebas ceritai tentang hati kita. Rahasia hati kita, kita persembahkan padan-NYA dengan penuh keyakinan dan rasa aman. IA adalah sahabat yang diterima oleh pemuja sebagai sesuatu yang sama. Tuhan dalam hal ini dipandang sebagai teman bermain, seperti seorang raja yang memainkan permainan mereka sendiri, demikian juga Tuhan terkasih bermain dengan jagat-raya ini. Kenapa Ia harus menciptakan? Aktivitas selalu menyelubungi kita dan menginginkan kesempurnaan.

       Tuhan itu sempurna Ia tidak memiliki keinginan. Kenapa Ia terus menciptakan Apakah tujuannya? Cerita tentang Tuhan dalam menciptakan dunia ini untuk tujuan tertentu adalah cerita yang sangat indah dalam imajinasi kita. Semua ini adlah permainan, bukan yang lain. Seluruh jagat-raya ini adalah tempat bersenang-senang yang amat besar bagi-NYA. Jika engkau miskin; nikmatilah permainan ini. Jika anda kaya nikmatilah pula; jika bahaya datang, bersenang-senanglah; jika kebahagiaan datang suka citalah.

       Dunia ini adlah tempat bermain, memiliki permainan, dan Tuhan bermain bersama kita sementara waktu permainan ini berhenti ketika siklus menemui garis akhirnya. Ada jeda yang lama atau bisa juga sesaat kemudian anda keluar lagi dan bermain lagi. Sampai semua jenis kasih yang kita lihat didunia dan semuanya yang hanya permainan, memiliki Tuhan sebagai tujuannya; tetapi sayang sekali manuisa tidak mengetahui lautan infinitas kemana sungai kasih mengalir. Kasih yang amat kuat pada anak kecil, bukan sebenarnya pada anak itu, tetapi pada Tuhan yang ada didalamnya. Melalui derita akan muncul pembangkitan yang pasti akan anda temukan kasih yang ada dalam diri anda. Jika diberikan pada manusia akan menimbulkan derita. Kasih kita, oleh karena itu, harus dipersembahkan pada yang tertinggi yang tak pernah mati dan tak pernah berubah. Bahkan tetesan air dari pegunungan tak bisa menahan arus sungai kasih yang menuju lautan kasih. Tuhan adlah tujuan hasrat dan emosi kita. Jika engkau ingin marah, marahlah pada-NYA. Manusia biasa pasti akan bereaksi akan kemarahanmu. Kenapa kau tak menyerahkan diri pada-KU? Kesenangan apa yang kau dapat dalam dunia ini? Ini adalh kristalisasi esensi yang ahrus kita cari dalam Tuhan. Biarkanlah hasrat dan emosi kita menuju diri-NYA semuanya untuk-NYA.

       Seringkali yang terjadi adalah pemuja yang menyanyikan myanyian kasih menerima bahasa kasih manusia dalam aspek yang mencukupi untuk menggambarkannya. Orang yang bodoh tidak memahami hali ini; Mereka tak akan pernah bisa. Mereka hanya melihat denagn mata biasa.Mereka tidak memahami kegilaan akan kasih spiritual. Bagaimana mereka melakukannya? Bagi mereka yang telah kau rengkuh jiwanya, selamanya kan menginginkan dirimu selamanya dan melupakan yang lain selain dirimu.”
Sentuhan kasih Tuhan membuat Bhakta menjadi gila, menjadikan manusia menjadi dewa. Mereka yang mendapat sentuhan itu akan merasakan bahwa matahari dan bulan mati, Jagat-raya mencair hingga lautan kasih. Inilah kesempurnaa kegilaan akan Tuhan.

       Tapi, kasih spiritual tak berhenti disini saja; bahkan kasih suami dan istri tidak cukup gila untuknya. Bhakta juga mengambil konsepsi kasih yang resmi; karena kasih ini kuat. Sifat kasih adalah semakin dipertentangkan maka semakin kuatlah kasih itu. Kasih antara suami dan istri tanpa pertentangan, mengalir begitu saja. Jdi seorang Bhakta harus mengalami pertentangan, dan menganggap diri sebagai gadis yang tergila-gila pada kekasihnya, dan ayahnya atau ibunya menolak cinta ini. Pada saat semakin ditentang, maka semakin kuatlah cinta itu, bahsa manusia tidak bia menggambarkan bagaimana Krhisna membuat Vrinda sangat tergila-gila pada-NYA, bagaiumana mendengar suara krhisna, Para Gopi berlarian menemuinya. Manusia, Wahai manusia engkau membicarakan Kasih surgawi, namun pada saat bersamaan kau melakukan kejahatan----apakah engkau tulus?” Bagi rama tak ada ruang untuk keinginan---dimanakah keinginan itu, tak ada ruang bagi rama----tak pernah ada, seprti cahaya dan kegelapan yang tak pernah bersama.











                                              BAB III

                                        KESIMPULAN

       Ketika pemikiran akan kasih yang tertinggi telah dicapai, maka filsafat di buang, siapa yang perduli ? Kebebasan, Pengorbanan, Nirvana---semua dibuang; siapa yang ingin bebas apabila ia berada dalam kebahagiaan kasih surgawi? “ TUHAN, hamba tidak menginginkan kekayaan, atau teman, atau kecantikan, atau ilmu atau kebebasan; biarkanlah aku terlahir lagi dan lagi dan engkau adalah kekasihku. Jadilah kekasihku. “Siapa ingin menjadi gila?” kata Bhakta”Aku ingin gulanya,” Siapa yang kemudian ingin bebas dan menyatu dengan Tuhan” Aku tahu bahwa aku adalah IA, tetapi aku mengambil wujudku dan menjadi berbeda, sehingga aku mengasihi kekasihku.” Itulah yang dikatakan Bhakta. Mengasihi demi kasih itu sendiri adalah kenikmatan yang tertinggi. Tidak ada bhakta yang perduli pada apapun terkecuali untuk mengasihi dan dikasihi, Kasih surgawinya seperti ombak yang memanggil sungai; kekasih menuju lautan melawan arus. Dunia menyebutnya Gila. Aku Tahu siapa yang dunia sebut  sebagai orang gila dan inilah jawabanku:” sahabatku, dunia ini adalha rumah sakit jiwqa. Ada yang gila pada keduniawian, ada yang gila nama, ada yang gila kemasyuran, ada gila uang, setelah mendapatkan pembebasan aku akan pergi kesurga. Dalam rumah sakit jiwa yang besar ini, aku juga gila pada tuhan. Jika engkau gila uang , aku gila pada Tuhan. Apabila kau gila;maka akupun gila, etapi menurutku kegilaanku yang palin baik.”

       Bhakta yang sejati adalah kegilaan yang membakar, dimaandihadapannya semua seolah menghilang. Jga –raya ini penuh dengan  kasih dan kasih itu sendiri , inilah kekasih Yang sebenarnya. Ketika manusia memiliki kasih ini dalam hatinya, Ia diberkahi, bahagia selamanya. Kegilaan ini bisa menyembuhkan penyakit dunia yang ada dalam diri kita. Dengan keinginan, keegoisan telah menghilang, Ia telah semakin dekat dengan Tuhan, Ia telah terlempar dalam keinginana yang memenuhinya.

       Kita juga telah menjadi dualists dalam agama kasih. Tuhan adalah makhluk terpisah, kita mengisi hidup kita dengan-Nya. Kemudian kasih kemudian muncul ditengah, dan Manusia mulai mendekati Tuhan, dan Tuhan semakin dekat dan dekat dengannya. Manusia mengambil berbagai hubungan sebagai ayah, ibu,putra, sahabat, majikan, kekasih dan mempersembahkan kasih mereka pada Tuhan. Baginya Tuhan ada dalam semua ini, dan hal erakhir dalam kemajuan ini adlah ketika ia mencapai sebuah perasaan yang membuatnya menyatu dengan obyek, pemujaannya. Kami semua memulai kasih untuk diri kami dan pengakuan yang tak adil membuat kasih semakin egois. Tetapi pada akhirnya, datanglah sinar berkah, sang diri yang kecil ini menyatu yang infinit (Tuhan), Manusia telah diubah dihadpan Cahaya kasih itu , dan Ia menyadari pada akhirnya menyadari bahwa kasih indah yang menginspirasikan kebenaran, kekasih dan yang dikasihihi adlah satu.


bagi sahabat terkasih yang tertarik mendowload artikel ini
silahkan saya sediakan linknya
sengaja saya biarkan satu halaman kosong diatas supaya sahabat bisa
mengedit halaman nya ketika dijadikan buku

salam maha suci



via : zippy share


                                                     beranda                               kembali
















          



Post a Comment

Post a Comment

mohon dukungannya