biasanya upacara ini seiring umur bayi mencapai 1 bulan 7 hari
Upacara pegat kambuhan berasal dari kata pegat yang artinya putus atau berakhir, kambuh berarti cuntaka, pegat kambuhan berarti berakhir menjalani kehidupan yang penuh larangan ( hal-hal yang tidak boleh dilakukan), mengapa dipilih 42 hari habis masa cuntaka atau kotor atau kesebelan, karena orang Hindu menganggap bahwa 42 hari sudah dianggap cukup lama seseorang menjalankannya yaitu 1 bulan 35 hari dan satu minggu sapta wara lamanya 7 hari = 42 hari oleh karena apapun kekalutan, dan kesedihan yang menimpa diri seseorang seseorang paling lama diingat kembali selama 42 hari .
Karena itu orang hindu terbebas dari hal-hal yang dianggap tidak suci atau duka paling lama 1 bulan dan 7 hari . dalam waktu 42 hari lahir si bayi diadakan upacara pegat kambuhan atau nyolongin dengan tujuan :
1. Membantu membersihkan jiwa raga si bayi dari segala noda dan mala
2. Mengembalikan unsur-unsur membantu catur sanak ( nyama bajang ).
3. Membersihkan si ibu bayi dari hal-hal yang dianggap kotor. Dengan selesainya upacara ini
maka si Ibu baru diperbolehkan membuat sesajen dan memasuki kawasan seperti Pura.
Keterangan nyama bajang
Nyama bajang suatu unsur kekuatan dari sang catur sanak didalam kandungan dalam proses pertumbuhan, penyempurnaan jasmani serta keselamatan Si Bayi, dengan kelahiran Si Bayi maka nyama bajang ini tidak memiliki tugas bahkan kadang-kadang dianggap mengganggu ketentraman si bayi , oleh karena itu harus dikembalikan ke unsur-unsur alamnya yaitu Bhuwana Agung ( alam semesta).
secara keseluruhan nyama bajang berjumblah 108 sesuai dengan organ-organ tubuh yang melekat pada manusia, yang secara garis letaknya berjumblah 17.
pembuangan nyama bajang dilakukan pada tempat-tempat tertentu utamanya yang agak jauh dari keramaian masyarakat seperti kali, jurang, batas desa, lebih banten yang akan dibuang sebelumnya ditaruh di halaman rumah untuk di puja meliputi :
1, Sorohan alit, penyeneng , buku-buku ajuman masing-masing 5 soroh, tumpeng daanan 5
tanding, masing-masing terdiri dari dua (2) buah tumpeng kecil, rerasmen jajan, buah-buahan
dengan sampyean peras alit, canang burat wangi, dengan alas ceper, ikan pada sesajen masing-
masing :
- Satu tanding guling kodok.
- Satu tanding guling belalang
- Satu tanding guling capung
- Satu tanding guling ayam kecil ( pitik)
- Satu butir telur ayam mentah dengan mencuri
2. Segeh kepel 5 tanding dengan manca warna (putih, merah, kuning, hitam, dan campuran)
- Segehan digunakan untuk mengiringi pembuangan sesajen nyama bajang ke jurang, kali
tebing perbatasan desa.
3. Ayaban tumpeng pitu, dengan kelengkapannya untuk catur sanak dan nyama bajang.
4. Perwujudan nyama bajang dari bahan pelepah dun kelapa yang sudah berlubang ditulisi gambar
orang-orangan dari kapur.
5. Penok yang bagian bawahnya sudah pecah (baki) diisi jantung buah pisang dan buah beligo atau
mentimun yang masing-masing di hias diikatkan sehelai kain.
6. Ada kalanya dalam nyolongin mempergunakan ayam hidup jantan dan betina dengan tujuan memupuk rasa kasih sayang sesama makhluk dengan demikian ayam tersebut pantang
digunakan untuk bahan daging sesajen, karena dianggap telah habis dipakai.
- penjor dari pelepah daun ron, disusuki bunga kembang sepatu, serta janur beringas.
disaat bayi baru berumur 42 hari untuk suatu upacara pemujaan si Bayi di mohonkan tirta
pengleburan di tiga tempat yang berbeda yaitu :
7. Banten nunas tirta didapur (Brahma) :
- Peras, ajuman daksina, pangresikan canang burat wangi, serta periuk kecil berisi bunga
berwarna merah.
8. Banten disumur atau permandian
sama seperti di dapur ditambah pengulapan, sorohan tumpeng pitu, periuk keci berisi bunga
berwarna hiaju atau biru.
9. Dimerajaan Kemulan
Banten sama ditambah periuk kecil isi air dengan bunga warna putih sedangkan daging
pelengkap banten di dapur , sumur dan kemulan disesuaikan dengan warna yaitu di dapur
ayam biing panggang, disumur ayam hitam panggang, di kemulan ayam putih panggang.
10. Banten dananan, nasi muncuk aru dialasi daun telujungan dengan disertai lintang( lilin dari
kapas isi minyak) diikatkan pipil tiga nama yang dipilih, setelah dinyalakan pipil yang apinya
belum mati dipakai nama yang sah.
upakara sesajen untuk Ibu si Bayi :
- Byakala, durmangala, prayascita, dipelukatan tetebasan si Bayi
- Banten pesuargan
- Banten kumara
- Janganan
- tetebasan kemanusaan minimal 3 soroh -5 soroh
demikianlah tulisan ini semoga punya referensi tentang yadnya yang ada mau bertanya silahkan
hubungi saaya melalui ruang konsultasi yang ada diatas kanan web
makasih atas kunjungannya
salam mahasuci SHRI
digunakan untuk bahan daging sesajen, karena dianggap telah habis dipakai.
- penjor dari pelepah daun ron, disusuki bunga kembang sepatu, serta janur beringas.
disaat bayi baru berumur 42 hari untuk suatu upacara pemujaan si Bayi di mohonkan tirta
pengleburan di tiga tempat yang berbeda yaitu :
7. Banten nunas tirta didapur (Brahma) :
- Peras, ajuman daksina, pangresikan canang burat wangi, serta periuk kecil berisi bunga
berwarna merah.
8. Banten disumur atau permandian
sama seperti di dapur ditambah pengulapan, sorohan tumpeng pitu, periuk keci berisi bunga
berwarna hiaju atau biru.
9. Dimerajaan Kemulan
Banten sama ditambah periuk kecil isi air dengan bunga warna putih sedangkan daging
pelengkap banten di dapur , sumur dan kemulan disesuaikan dengan warna yaitu di dapur
ayam biing panggang, disumur ayam hitam panggang, di kemulan ayam putih panggang.
10. Banten dananan, nasi muncuk aru dialasi daun telujungan dengan disertai lintang( lilin dari
kapas isi minyak) diikatkan pipil tiga nama yang dipilih, setelah dinyalakan pipil yang apinya
belum mati dipakai nama yang sah.
upakara sesajen untuk Ibu si Bayi :
- Byakala, durmangala, prayascita, dipelukatan tetebasan si Bayi
- Banten pesuargan
- Banten kumara
- Janganan
- tetebasan kemanusaan minimal 3 soroh -5 soroh
demikianlah tulisan ini semoga punya referensi tentang yadnya yang ada mau bertanya silahkan
hubungi saaya melalui ruang konsultasi yang ada diatas kanan web
makasih atas kunjungannya
salam mahasuci SHRI
Post a Comment