Yf1rfC4r39u8F2WJkQXT40G2S2Dzpm1YHbdZ5zyD
Bookmark

Rokh yang hidup dalam hakekatnya sendiri


    Yoga harus dipraktekkan dalam tubuh manusia. Dalam pengertian ini, seorang yogin tidak perlu khawatir dengan apa yang terjadi dengannya, bilamana ia telah keluar dari badan sekarang dan telah berbadan lain, khususnya berbadan bukan manusia, sebab Yoga tak dapat dipraktekkan dalam badan yang bukan badan manusia. Dengan sendirinya pernyataan ini bukan berarti bahwa seorang yogin tidak membawa serta sesuatu dari badannya yang sekarang, bila mana ia keluar dari badan yang sekarang ini kedalam suatu kehidupan yang lain. Apa yang dimaksudkan disini ialah, bahwa sistim yoga hanya dipraktekkan dalam tubuh manusia. Kita tidak mengetahui apakah ada semacam sistim yoga untuk jenis makhluk lain, daripada manusia. Hal itu bukanlah urusan kita. Seorang yogin juga tidak berkaitan dengan keadaan emansipasi, keadaan yang disebut moksa, mukti atau pembebasan. Dengan sendirinya seorang yogin berjalan kearah suatu tujuan yang dapat menghantarkannya kedalam pembebasan dari segala ikatan. Tetapi perhatiannya ditujukan pertama-tama pada hasil-hasil yang dapat dicapai sementara berada dalam kerangka manusia.

    Sistim Samkya (satu diantara ke-enam aliran dalam filsafat Weda), yang diuraikan oleh Kapila menunjukkan dengan jelas bahwa jiwa berdekatan sekali dengan Tuhan dalam tiga keadaan :
(i)   Selama tidur nyenyak tanpa bermimpi
(ii)  Dalam keadaan semadhi, yang ingin dicapai seorang yogin, dan
(iii) Pada pembebasan atau emansipasi (Moksa) (Samkya, V, 16).
Berdekatan dengan Brahman, jiwa untuk sementara waktu mendapat sifat Brahman yang cemerlang (seperti sepotoing besi yang ditempatkan dalam sebuah tanur yang merah karena amat panasnya; besi itu sama merahnya seperti keadaan disekitarnya untuk sementara waktu).
Keadaan ini dikenal sebagai Brahma-Rupata atau cemerlang seperti Brahman, Seorang yogin brusaha mencapai keadaan Samadhi itu, yang berbeda dari keadaan tidur nyenyak dan juga dari pembebasan.

    Samadhi diperoleh sementara berada di dalam badan. Keadaan itu bersifat sebagai abstraksi sempurna dari ikatan prakrti, sementara masih tetap berada dalam badan. Pada saat seorang Yogin keluar dari Samadhi, Ia terlibat kembali dalam susunan tubuh, keadaan Samadhi merupakan semacam kesadaran rohani mengenai dekatnya Tuhan yang bersemayam dirongga bathin yang paling dalam. Sifat samadhi adalah sebagai suatu pertemuan Jiwa dengan Brahman ditempat kediaman Beliau pribadi. Rongga Bathin yang paling dalam itu adalah tempat dimana jiwa dan Brahman berdiam bersama.

    Karena semadhi merupakan pengenalan Tuhan Yang Maha Esa oleh Jiwa kecil di goa yang palimg dalam, dan Yoga merupakan sistem yang  mengantar kearah pengenalan itu, maka perlu untuk mendapat pengetahuan tentang segenap susunan tubuh, anatominya, pembatasannya  dan akhirnya jalan untuk mendapatkan abstraksi guna mencapai Samadhi, setelah mengatasi segala rintangan yang mungkin. Sistim yoga kebanyakan bersandar pada filsafat Samkya dari ahli filsafat besar yang bernama Kapila  Menurut filsafat ini perkembangan manusia melalui beberapa tahap. Pada  tempat ini kami maksudkan dengan perkembangan manusia hanya pembentukkan susunan tubuh mulai dari saat jiwa memasuki Embrio (Janin) ; saat itu bersamaan dengan penyuburan dalam arti biologis.

    Jiwa memasuki badan dalam sebuah kapsul yang non-materiil, yakni yang tersusun bukan dari prakrti; yang bukan modifikasinya, dan yang dibawa dari kehidupan dahulu. Marilah kita menyebut badan non-material itu  sebagai Karana-sarira atau badan-penyebab. Badan ini menjadi mata rantai bagi interaksi pertama diantara materi dan non-materi. Kapsul penyebab yang non-material itui membawa samkara (sifat-sifat dan kemampuan khas atau Supragenes.

    Kini terjadi interaksi diantara badan penyebab dan prakrti (Materi), apa yang dimaksud dengan Prakrti adalah bukan materi dalam arti kebendaan Fisika-Kimia. Maka dari itu kami menamakannya Materi asli ; jadi prakrti merupakan suatau unsur yang lebih abstrak dan yang menjadi dasar segenap susunan psikobilogis. Susunan Psiko-Bilogis ini  dikenal sebagai suatu keseimbangan dari tiga guna (sifat paling asli) yaitu Satwam, Rajas, Tamas. ketiga istilah ini tidak mungkin dijelaskan, marilah kita mengiskannya dengan tiga warna,-putih untuk satwam(atau Satoguno), merah untuk Rajas (Rajoguna) dan Hitam untuk Tamas (Tamoguna). Satwa berwujud ketenangan dan kesedrhanaan, Rajas aktifitas dan Tamas lamban.

    Prakrti ada bersamaan dengan Tuhan dan Seolah-olah menyediakan dasar bagi seniman agung Tuhan, untuk merancang segenap penciptaan yang memiliki Nama (nama) dan Rupa (bentuk). Modifikasi pertama dari prakrti adalah Mahat atau Intelegensi Kosmis. Mahat ini kaang-kadang disebut Samudra Arnawa, samudra kosmis dari suatu Plasma yang memungkinkan intetelegensi untuk berkomonikasi (seperti ether yang mengantarkna cahaya); orang mengenalnya sebagai budhi-satwa atau Mahan-Atman dalam Upanisad dan gita. Mahat Jauh lebih meluas dari pada akasa atau Ruang dlam arti Fisika. Pada permulaan penciptaan (dan seterusnya selama segenap penciptaan, Tuhan merangsang unsur rajas dari prakrti (kegiatan Tuhan ini secara teknis dikenal dalam sruti sebagai Tapas). Hal ini mengguncangkan keseimbangan yang ada dan menimbulkan satoguna pada satu pihak dan tamoguna pada lain pihak (putih dan hitam). Spektrum putih membagi diri dalam dua bagian, yang satu dikenal sebagai Satya, yang lainnya sebagai Rta menurut istilah Veda. Komponen hitam dikenal pula sebagai istilah Veda sebagai Ratri, malam kosmis atau kelambanan kosmis, yang berlainan dengan malam kita yang solar (bersangkut paut dengan matahari. Komponen Rta dari satoguna, bila dalam penonjolannya menimbulkan intelegensi murni, yang bebas dari segala kekurangan, yang kemudian dikenal sebagai Prajna. Seorang yogin amat menginginkan Prajna atau inetelegensi murni itu. Bagian Rta dari intelegensia mengantarkan pada pengetahuan tentang Brahman (Para-Vidya) dan bagian Satya mengantarkan pada pengetahuan duniawi (apara-Vidya).
Jadi melihat prakrti yang pertama adalah mahat. Samudra intelegensia kosmis yang dalam istilah Veda dikenal sebagai samudra-Arnawa atau Salila atau samudra-kosmis atau cairan Plasma.

    Jiwatman atau jiwa datang terbungkus dalam suatu kapsul atau Karana -sarira atau badan penyebab yang tidak terdiri dari materi. Kini non-materi dan materi bersama membentuk suatu susunan badan lain yang dikenal sebagai Lingga Sarira. Semua kecenderungan, kemampuan dan potensi spikologis yang berada dalam Lingga Sarira ini (badan abstrak atau badan halus)- inilah kedudukan dari kelakuan mental termasuk egoisme dan fungsi-fungsi indera. Menurut filsafat Samkya ; badan halus ini terdiri dari ahamkara (ego), sepuluh alat indera (panca jnana indera dan panca karma-indera) dan pikiran. Badan halus ini mengemudikan semua sistem saraf dan mengatur daya kehidupan. Badan halus atau Lingga sarira ini berantraksi terus dengan materi dan menjelmakan badan kasar atau Stula sarira, yaitu embrio biologis, evolusi berjalan terus sampai dihasilkan manusia Dewasa. Badan kasar atau Sthula-Sarira dikatakan terdiri dari lima komponen primer yang dikenal sebagai Panca Butha atau sthula butha, yaitu tanah, air, api, angin dan ether, atau pertivi, apah, teja, bayu dan akasa. Kelima bhuta ini atau komponen asli pertama ada hubungan dengan lima alat indera dan lima cara pengamatan sebagai berikut :

Sthula sarira                                          Panca tanmatra                                Panca-Indriya
(unsur)                                                    (Pengamatan)                                     (Alat-Indera)
Prthivi-Tanah                                         Ganda-bau                                          Hidung
Apah-Air                                                Rasa-rasa                                            Lidah
Tejas-api                                                 Rupa-warna                                        Mata
Vayu-udara                                             Sparsa-sentuh                                     Kulit
Akasa-ether                                            Sabda-bunyi                                       Telinga

    Disamping Panca-indera, kita mempunyai lima alat kegiatan (Karma indriya), yaitu alat untuk berbicara, makan dan minum (Mulut), tangan, kaki, dan dua alat pembuangan : Anus dan alat pembiak. Pikiran juga merupakan sebuah alat yang membantu dalam berpikir merasakan, menikmati dan seterusnya, dan dengan ini, maka jumblah alat menjadi sebelas. Jadi seluruh susunan tubuh, menurut sistem Samkya, terdiri dari 25 katagori atau guna :
1. Prakrti, 2 Mahat, 3. Ahamkara, 4-8 Lima tanmatra, 9-19 Sebelas indriya, 20-24 lima bhuta, 25 Purusa (Samkya I-61). Dengan perkataan lain dalam evolusi embrio, terlebih dahulu prakrti dimodifikasi menjadi Mahat atau Mahan, kemudian kita sampai pada Ahamkara (Egoisme), dan dari Ahamkara kita melanjutkan pada Panca-Tanmatra dan kedua jenis indriya (jnana indriya dan Krama-indriya), kelima tanmatra dfiikuti oleh unnsur-unsur kasar. Segenap komplek badan ini dimaksudkan untuk purusa yang merupakan katagori ke-25.

    Anatomi Samkya, yang digolonkan dalam Karana Sarira (badan penyebab), Lingga-Sarira (badan halus) dan Sthula sarira (badan kasar) telah diuraikan dengan sedikit berbeda dalam Upanisad. Taittirya-Upanisad menguraikan sebuah susunan yang terdiri dan lima sarung atau Panca kosa; yang paling diluar disebut Anamaya, yang terdiri dari makanan, keempat yang lainnya berturut-turut : Pranamaya, Manomaya, Vijnanamaya, dan Anandamaya. Kelima sarung ini dilukis puitis sebagai berikut dalam Upanisad :
(i) Inilah, sesungguhnya pribadi yang terdiri dari sari makanan.
     inilah, memang kepalanya, inilah sisi kanan, inilah sisi kiri,
     inilah, badan, inilah bagian bawah, dasarnya (Anamayakosa).
                                                                                                          (Tait II.I)

"Badan yang tercipta dari makanan, dilhirkan.
Dari makanan mereka tumbuh, setelah dilahirkan
Mereka makan dan di makan.
itulah sebabnya dinamakan makanan".

Segenap susunan badan kita yang terdiri dari kulit, lemak, sumsum, otot, darah, tulang, saraf dan pembuluh darah merupakan Anamayakosa. Sesungguhnya berlainan dengan itu dan di dalam (badan) yang terdiri dari sari makanan itu, adalah diri yang terdiri dari napas (Pranamayakosa) Oleh itulah ini dipenuhi sesungguhnya, ini berbentuk suatu pribadi, sesuai dengan bentuk pribadi seseorang, ini merupakan bentuk sebagai manusia. Napas yang masuk (Prana) adalah kepalanya, Napas yang terpencar (Vyana) merupakan sayap kanan; napas yang keluar (Apana) adalah sayap kiri; Ruang adalah badan (Atman), Bumi bagiasn bawah adalah dasarnya. Pranamayakosa.

"Menuju suatu kehidupan penuh berjalanlah mereka
Yang memuja Brahman sebagai napas
Karena Sungguh napas adalah Kehidupan Makhluk
Sebab itulah, Ia disebut kehidupan-semuanya".
                                                 (Tait II.3.1)

    Sesungguhnya, lain dari itu dan didalamnya yang terdiri dari napas adalah diri yang terdiri dari pikiran (Mano-maya). Dengan itulah ini diisi. Bentuknya sebagai pribadi. Sesuai dengan bentuk pribadi, seseorang itu merupakan bentuk seseorang. Yajurveda adalah kepalanya, Rgveda, sisi kanan, Samaveda, sisi kiri; Ajaran merupakan badannya (atman) puji-pujian, Atharvan dan Angirasa adalah bagian bawah, Sebagai dasarnya (Manomayakosa).

"Dari sana kembalilah kata-kata,
Bersama dengan pikiran yang tak mencapai,
Kebahagiaan Brahman, ia yang mengetahui,
Tidak takut pada waktu apapun"
                                                (Tait. II. 4. 1)

    Sesungguhnya, lain dari itu didalamnya terdiri dari pikiran ; diri yang terdiri dari pengertian dan pengetahuan (Suci). (Vijnanamaya Kosa). Dengan itulah ini diisi. sesungguhnya bentuknya sebagai manusia. Sesuai bentuk pribadi seseorang inilah yang berbentuk manusia (orang). Kepercayaan (Sradha) adalah kepalanya; Yang hukum (rta) sisi kanan; Kebenaran (satya) sisi kiri; perenungan (yoga), sebagai badan (atman), Kekuasaan (mahas) ; bagian bawah, sebagai dasarnya (Vijnanakosa).
"Bilamana seseorang mengenal Brahman sebagai Vijnana (pengertian).
dan bilamana ia tidak buta terhadapnya.
Ia tinggalkan dosanya dalam tubuh.
Dan mencapai segala keinginan".
                                              (Tait II. 5. 1)

(ii)  Sesungguhnya, lain dari itu dan didalamnya yang terdiri dari pengertian atau pengetahuan (Vijnana) adalah diri yang terdiri dari kebahagiaan (Anandamayakosa). Dengan itulah ia terisi. Sesungguhnya bentuknya sebagai pribadi. Sesuai dengan bentuk pribadi manusia orang. Kesenangan (priya) adalah kepalanya, kenikmatan (moda), sisi kanan; kenikmatan besar (pramoda) sisi kiri; kebahagian (ananda), sebagai badan (atman), Brahman, bagian bawah, sebagai dasarnya (anandamaya kosa).
"Bukan keberadaan (a-sat) sendirilah, seorang menjadi,
Bilamana mengetahui bahwa brahman bukan keberadaan
Bilamana seorang mengetahui bahwa brahman ada,
dia dikenal orang sebagai keberadaan".
                                                               (Tait II. 6. 1)

    Mungkinkah seseorang memandang badanya yang paling diluar, yang terdiri dari tulang-tulang, lemak, sumsum, kulit dan sebagainya, sebagai gambaran dari dirinya sendiri, tetapi seseorang mempunyai gambar-gambar lain pula yang diproyeksikan dalam badan pranamaya, badan vijnanamaya dan badan anandamaya. Manusia terdiri dari lima sarung ini, yang tidak tepat konsentris, tetapi tiap sarung memiliki kepentingan sendiri. Sarung-sarung  itu berinteraksi satu dengan yang lain. Yang satu berhubungan dengan yang lain. Ketiga sarung luar terbuat dari prakrti, atau materi asli sedangkan yang dua didalamnya (vijnanamaya dan anandamaya) adalah non materi atau non-prakrti. Bila mana jiwa berlalu dari satu badan ke badan lain, maka ketiga sarung luar ditinggalkan olehnya, bila mana jiwa dibebaskan , kapsul terakhir itu dilepas pula olehnya, jiwa lalu berada dalam bentuknya yang sejati. Lalu bebaslah jiwa dari ikatan prakrti dan ketiga gunanya. lalu dikatakan bahwa jiwa telah mencapai  Kaivalya. Lalu jiwa tidak perlu mencapai sesuatu yang lain lagi dan bekerja dengan cit-saktinya sendiri yang murni, tanpa penggunaan sesuatu alat diluarnya. Tahap tertinggi inilah di cita-0citakan oleh seorang yogin. Tahap ini diuraikan dalam Sutra terakhir dari Yoga Darsana (yoga iv . 34).

Terajadilah involusi (kelihatan) dari segala sifat-sifat, bilamana tiada lagi tujuan roh yang dilayani olehnya dan inilah isolasi, atau orang dapat merumusnya sebagai persesuaian Rokh Yang Hidup Dalam Hakekatnya sendiri.

                                                                                                                     (Yoga, iv 34.)

selanjutnya  disini

© Copyright ©
Post a Comment

Post a Comment

mohon dukungannya