Prana bukanlah nafas atau bernafas, melainkan kekuatan vital dibelakang susunan pernafasan dan
segala aktivitas otot-otot. Prana menyalurkan kehidupan kedalam materi yang tidak hidup; prana menunjang segenap peralatan untuk mengenali dan bertindak, sedemikian rupa sehingga selama prana bertahan, seseorang tetap hidup dan seketika prana berhenti maka jiwa meninggalkan badan. Pikiran berfungsi melalui prana dan dengan penguasaan prana, pikiran ditenangkan pula. Pranamayakosa adalah mata rantai diantara anamayakosa dan manomaya-kosa. Prana yang tidak terlihat, dimanisfestasikan sebagai penggerak. Prana berada di belakang semua gerakan badan, yang dapat dibandingkan dengan per didalam arloji yang menggerakkan segenap susunan jam tersebut.
Keaktifan Prana diatur oleh Diri Agung; dan selama diperintahkan untuk tinggal dalam badan, prana akan tinggal disitu. Prana menggandengkan jiwa dengan dunia luar. Tentang hal ini kita baca dalam Chandogya-Upanisad :
"Sesungguhnya bagi dia yang melihatnya, yang merenungkannya, yang memahaminya, napas vital atau prana berasal dari diri agung atau Atman; harapan berasal dari Atman; Ruang (akasa) dari diri, panas dari diri, Air dari diri, Timbul dan hilang dari diri......memang seluruh dunia ini berasal dari Atman", (chandogya VII. XXVI. I). Kehidupan kita mulai dengan prana, sebelum bayi yang baru lahir dapat membuka matanya, prana sudah diberikan kepadanya.
Dalam istilah veda, prana dikenal pula sebagai asura dan alat-alat pengamatan kita disebut deva. Diantara kedua pihak selalu ada perselisihan pihak yang mana yang paling utama. Bagaimana akhirnya prana menang terhadap indriya (alat-alat persepsi) diketahui dari kiasan yang berikut dalam Chandogya-Upanisad (V i. 6-12) :
" Kini napas-napas vital berdebat diantara mereka sendiri tentang keunggulannya dan mengatakan (berturut-turut) "Akulah yang lebih unggul! " (6)
Lalu napas-napas vital menghadap ayah Prajapati dan berkata :
"Tuan siapa diantara kami paling unggul ?"
Jawaban kepada mereka berbunyi :
"zDiantara kamu, yang bilamana pergi, meninggalkan badan dalam keadaan yang paling buruk, dialah yang paling unggul diantara kamu" (7)
Lalu pembicaraan pergi selama setahun dan setelah kembali bertanya :
"Bagaimana kau dapat hidup tanpa aku ?" "bagaikan bisu tanpa berbicara, tetapi bernapas dengan napas, melihat dengan mata, mendengar dengan telinga, berpikir dengan budi. Demikianlah " Pembicaraan lalu masuk kembali (8).
Lalu mata pergi setelah setahun lalu bertanya :
"Bagaimana kau dapat hidup tanpa aku ?"
"Bagaimana buta tanpa melihat, tetapi bernafas dengan
Post a Comment