Pertanyaan 51 : Prabu, atribut apa saja yang dimiliki oleh seseorang peniti jalan kearah sang Atman ?
Jawab : Ramji, hanya atribut yang membantu ke arah tersebut saja yang diperkenankan untuk peniti jalan sang Atman ini, seseorang yang berasimilasi dengan ajaran para kaum suci
adalah manusia yang super, namun seseorang yang menginginkan pengetahuan demi sebuah
diskusi disebut tidak bijak. Seseorang yang mengikuti dan menghayati ajaran kaum suci
secara berkesinambungan, akan mencapai tahap yang mulia dan agung ini. Tanpa kontemplasi
dan upaya berkesinambungan maka tidak mungkin seseorang mencapai tahap yang mulia dan
Agung ini. Empat unsur yaitu : Shama, Santosh, Wichar dan Satsangh dikatakan atribut-
atribut khusus bagi pencapaian sang Atman. Diskusi-diskusi yang kosong dikatakan sebagai
hal yang bodoh oleh para Resi. Sampai seseorang mencapai keseimbangan pikirannya maka
maka ia berkonsentrasi terus pada ajaran gurunya. Sewaktu Ia mencapai kedamaian dan
dan ketenangan didalam dirinya maka ia mencapai tahap turiya. Tahap ini adalah tahap
keabadian. Sewaktu tercapai maka sang jiwa inipun terbebaskan, Barang siapa mencari sang
Atman.......Yang Maha Hadir dan Maha Murni........diluar dirinya, maka ia adalah manusia
yang kurang bijak, ia akan berputar-putar terus didunia, memasuki berbagai pikiran yang tidak
diinginkan dibawah pengaruh Sankalpanya.
Pertanyaan 52 : Prabu, seandainya hanya Sang Atman saja yang eksis, dan tidak ada unsur lain selain Atman, maka lalu mengapa Sang Jiwa berputar-putar mengikuti unsur-unsur dwandas
seperti "Aku" dan " Engkau", "Punyaku" dan "Punyamu"?
Jawab : Ramji, sang jiwa merasakan kehadiran alam-semesta ini oleh karena tidak memahami kehadiran sang Atman. dan karena jiwa ini masih menyandang ego dan merasakan
dirinya sebagai sebuah raga. Itulah sebabnya timbul konsep-konsep "Aku-Engkau" dan
"Punyaku-Punyamu" itulah penyebabnya ia merasakan senang dan susah. Ia merasakan dirinya
sebagai pelaksana, bersikap ekstrovert (mengarah keluar) dan berputar-putar terus. Namun setelah melalui usaha-usaha kontemplasinya ia sanggup bersikap introvert (melihat dan
mengarah kedalam dirinya), maka ia akan menyaksikan sang Atman dan mendapatkan
kebahagiaannya. Sejak saat itu, ia tidak merasa memiliki raganya lagi dan terserap kedalam
Sang Atman. Ibarat seseorang yang terjaga dari mimpinya, maka rasa mimpi dan objek-
objek mimpinya tidak hadir lagi, dengan demikian juga dengan ilusi akan berbagai
manisfestasi inipun sirna dengan meleburnya jiwa tersebut kedalam tahap Atmik.
Pertanyaan 53 : Prabu, bagaimana mungkin unsur yang disaksikan (drishya) dan yang menyaksikan
(dristha), atau dengan kata lain alam-semesta ini dan yang menyaksikan alam ini dikatakan
sebagai tidak nyata ?
Jawab : Ramji, apapun yang terlihat dan terasakan adalah aspek-aspek atau potensi dari Sang
Atman (Aman-satta). Alam-semesta ini adalah salah satu aspek dari Sang Atman dan Sang
Jiwa yang menyaksikan adalah salah satu aspek-NYA juga. Jadi setiap aspek adalah Sang
Atman juga pada hakekatnya, tidak ada unsur-unsur lainya selain Sang Atman, diluar itu,
semuanya adalah ilusi ibarat Ether (akash). Ibarat gerakan angin dan air, demikian juga
dengan berbagai modifikasi Sang ATman ini, yang tersaksikan dijagat-raya ini. Berdasarkan
Iman yang teguh ini dikau akan mencapai tahap Atmik.
Pertanyaan 54 : Prabu, apakah yang diupayakan oleh seseorang apabila ia tidak menghasilkan iman
semacam itu ?
Jawab : Ramji, seandainya dikau tidak memiliki iman yang tegar ini, yang memahami
universalitas Sang Atman ini, dan tidak mencapai tahap Atmik oleh hal tersebut, maka
seharusnya menanggalkan ego ini, maka yang tersisa hanyalah sang Atman. Melalui upaya ini
maka ego lembutpun akan hilang dan dikau akan menyadari hakikat Sang Atman. Melalui
upaya purushartha dikau harus berjuang mencapai tahap Atmik.
Pertanyaan 55 : Prabu, apakah arti dari kata-kata "Aku, Dikau, Dia dan sebagainya" dan dari manakah kata-kata itu diciptakan ?
Jawab : Ramji, semua kata-kata tersebut adalah ibarat kata-kata yang terdapat didalam
mimpi dan tidak bermakna, oleh karena itu dikatakan semua kata-kata tersebut berasal dari
daya kekuatan pemahaman, pada hekekatnya semua ini berasal dari Sang Atman. Berbagai
ide yang timbul dari kata-kata ini seperti " seperti apakah alam-semesta ini dan darimanakah
asal-usulnya ?" Semua kata-kata tersebut hanyalah bersifat ekspresi, pada hakekatnya alam
semesta ini adalah Sang Atman itu sendiri.
Pertanyaan 56 : Prabu, bagaimana penciptaan dan pralaya (kiamat) alam-semesta yang maha luas ini
dapat terlaksana ?
Jawab : Ramji, apapun yang diciptakan itu prosesnya berciri Ekspansi dan kontraksi (hukum
alam), tinggi-rendah, keterikatan-kebebasan, dan seterusnya. Namun seandainya sesuatu tidak
diciptakan maka proses tersebut tidak dapat dijabarkan. Semua benda.....baik yang bergerak dan
yang tidak bergerak adalah semacam bentuk akash (ether) atau disebut tidak berwujud (mithiya)
benda sat ini dapat dirasakan kehadirannya namun tidak berkesan eksis. Seseorang yang terikat
oleh objek-objek ini ini disebut terbelenggu dan yang sebaliknya disebut bebas.
Pertanyaan 57 : Prabu, bagaimanakah seseorang dapat menghasilkan kebebasan dari berbagai ikatan
ini dan mendapatkan kebebasan ?
Jawab : seseorang harus berupaya sekuat tenaga dengan Iman yang Teguh, berpendapat
bahwasannya alam-semesta yang bersifat nama dan rupa yang ilusif adalah seluruhnya aspek-
aspek Sang Atman (Atmaswarup) dan tidak ada lain-lainnya yang telah diciptakan.
Pertanyaan 58 : Prabu, seandainya tidak ada sesuatu yang telah diciptakan, lalu bagaimanakah
objek-objek ini dapat dirasakan ?
Jawab : Seperti tahap tidur lelap (sushupti) yang ditransformasikan kealam mimpi dan
dua alam lainya, demikian juga halnya dengan penciptaan dan pralayanya jagat-raya ini.
Apapun yang tak terhancurkan setelah Pralaya disebut kebenaran hakiki, sat, Brahm, Atma
dan Satchitananda, dan kesemuanya ini adalah sebutan untuk Sang jati diri yang hadir di dalam
semuanya. Kesadaran (modifikasi) yang terlihat didalamnya disebut sang Jiwa.
Pertanyaan 59 : Prabu, apakah Sang pikiran itu dan apa saja fungsi-fungsinya ?
Jawab : Ramji, modifikasi yang timbul didalam kesadaran (Brahm) hadir sebagai sang
pikiran, sifatnya adalah berbagai pemahaman ide dan beragam variasi-variasinya (sankalpa
-wikalpa). Dari pikiran ini timbul semua pemahaman seperti berbagai tempat, sungai, gunung
yang bergerak dan tidak bergerak, dan sebagainya.
Pertanyaan 60 : Prabu, bagaimanakah jagat-raya ini dapat timbul dari berbagai modifikasi (sphurna)
ini ?
Jawab : Ramji, ibarat sebuah mimpi timbul dari tahap tidur lelap, demikian juga jagat-raya
ini lahir dari modifikasi (potensi penciptaan) ini. Berbagai nama dan rupa kemudian
dihubungkan dengannya, contoh : awidya (kebodohan, kekurang pengetahuan, jagat-raya, maya
, sankalpa dan pandangan (drishya), dan sebagainya. Sebenarnya tidak ada sesuatu apapun
selain brahm. Sama ibarat hiasan yang pada dasarnya adalah emas, dan ombak yang sebenarnya
adalah air, jadi tidak ada perbedaan antara jagat-raya dan brahm. Perbedaan yang nampak dan
dirasakan adalah ibarat fatamorgana dipadang pasir, jagat ini dapat dirasakan karena potensi
Sang Atman, dengan kata lain Sang Atman bermanisfestasi sebagai alam-semesta, setiap unsur
dan berbagai ciptaan sebenarnya tidak eksis, semuanya adalah brahm yang bermanisfestasi.
selanjutnya .....
Post a Comment